Abstract

This study aims to determine whether there is a relationship between gratitude and psychological well-being in street vendors at the Sidoarjo Sports Center. The variables contained in this study are Gratitude as the independent variable and Psychological Welfare as the dependent variable. This research was conducted at the Sidoarjo Sports Center with a total sample of 111 street vendors using the Simple Random Sampling technique. The technique in collecting data uses a modified psychological scale, namely 2 Likert scales, namely, the Gratitude scale and the Psychological Welfare Scale. The hypothesis in this study is that there is a positive relationship between gratitude and psychological well-being of street vendors at the Sidoarjo sports arena. Data analysis was performed using the Pearson correlation statistical technique with the help of SPSS 18.0 for windows. The results of data analysis in this study showed a correlation coefficient of 0.570 and a significance value of p 0.000 <0.05, so Ha was accepted. It can be concluded that there is a positive relationship between Gratitude and significant psychological well-being. It means that if Gratitude is high then Psychological Prosperity is high and vice versa if Gratitude is low then Psychological Prosperity. 

Pendahuluan

Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau yang sering disebut UMKM merupakan salah satu unit usaha yang penting pada sektor perekonomian di Indonesia. Dalam perjalan sejarah UMKM merupakan usaha sektor ekonomi yang tetap bergerak bahkan berkembang meskipun perekonomian Indonesia sedang menurun, bahkan menjadikan UMKM sebagai unit bisnis yang dapat mengurangi pengangguran (Asmawati, 2017). Pada tahun 2019 tercatat Sidoarjo merupakan kabupaten di Indonesia yang mempunyai banyak UMKM dengan jumlah 248.306 UMKM, baik UMKM sektor formal maupun sektor informal (Pratama, 2020).

Salah satu UMKM sector informal adalah Pedagang kaki lima (PKL). Menurut pendapat Bromley (Santoso, 2018), pedagang kaki lima (PKL) merupakan unit kerja dibidang ekonomi yang banyak disektor informal. Sedangkan menurut Winardi PKL merupakan individu yang bekerja si bisang ekonomi dengan modal usaha relatif sedikit, baik dengan cara berusaha di bidang produksi dan atau penjualan barang-barang (jasa-jasa) untuk membantu memenuhi kebutuhan kelompok masyarakat tertentu. Usaha tersebut dilakukan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan informal (Antara, 2016).

Pedagang Kaki Lima atau yang sering disebut PKL merupakan sebuah komunitas pedagang yang berjualan dengan memanfaatkan area pinggir jalan raya untuk mengais rezeki dengan menggelar dagangannya atau gerobaknya (Asiyah, 2012). Di Kabupaten Sidoarjo, yang dianggap sebagai kota terdekat dengan Kota Surabaya, mengalami situasi yang tidak jauh berbeda berkaitan dengan permasalahan PKL di Kota Surabaya. Adapun perbedaanya terletak pada karakter wilayahnya. PKL di Kabupaten Sidoarjo lebih terpusat pada daerah di Kecamatan Sidoarjo, khususnya di jalan Gajah Mada dan jalan-jalan pada daerah Gading menuju Gelanggang Olahraga (GOR) Sidoarjo (Hadi & Ismanto, 2019).

Awal tahun 2020 tepat dibulan januari pintu barat timur arah masuk GOR (gelanggang olah raga) Sidoarjo ini ditutup sementara oleh pemerintah sidoarjo, untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Penutupan pintu masuk GOR (gelanggang olah raga) Sidoarjo berdampak usaha serta pendapatan PKL yang tidak bisa berjualan di kawasan GOR (gelanggang olah raga) Sidoarjo. Hingga muncul masalah dimana para PKL yang berdagang di Kawasan GOR (gelanggang olah raga) mengalami penurunan drastis terhadap pendapatan dari hasil berjualan. Di saat era new normal tepatnya pada senin 6 juli 2020 untuk menghidupkan perekonomian PKL, Wakil bupati sekaligus Plt Bupati sidoarjo yang sering di sapa “Cak Nur” memberikaan ijin di bukanya akses pintu sebelah barat dan timur GOR (gelanggang olah raga) Sidoarjo.

Dampak dari penutupan GOR (gelanggang olah raga) Sidoarjo selama beberapa bulan tersebut berdampak pada penghasilan PKL yang menurun drastis yang hanya bergantung dari hasil penjualan. Penghasilan dari hasil dagang pun sangat minim, ini disebabkan tetap sepinya pembeli meski sudah dibukanya pintu masuk gor sebelah barat dan timur tetap kesulitan dalam perekonomian. PKL juga kurang memiliki kepercayaan atas usaha yang dijalankannya meski mereka tetap berjualan, PKL juga rendah dalam meningkatkan hasil daganganya untuk menarik perhatian para pembeli agar tetap membeli daganganya dan PKL kurang dalam merealisasikan potensi dalam dirinya dan hanya bergantung pada ketrampilan berjualan di kawasan GOR Sidoarjo saja. Sehingga PKL tidak memiliki tujuan hidup yang lebih baik.Situasi ini dapat mempengaruhi psikologis PKL yang berjualan di Kawasan GOR (gelanggang olah raga) Sidoarjo karena hasil yang di peroleh dari berjualan kurang untuk mencukupi kebutuhan hidup. salah satu bentuk dari kesejahteraan psikologis PKL yang rendah telah melakukan aksi demo depan kantor DPRD karena tidak bisa berjualan di kawasan GOR Sidoarjo. Bekerja adalah perilaku yang dilakukan individu dengan melibatkan kesadaran manusia untuk memenuhi kebutuhan ataukah mencapai hasil yang sesuai dengan harapannya (Mardelina & Muhson, 2017).

Ryff menjelaskan gambaran ciri-ciri individu yang memiliki kesejahteraan psikologis, diantaranya saat kondisi individu dapat menerima kehidupan yang dijalaninya saat ini, memiliki relasi yang positif dengan orang lain disekitarnya, memiliki kemampuan untuk menghadapi tekanan dan mengarahkan diri melakukan hal-hal yang baik, mampu menentukan tujuan dan arah dalam hidup serta merasakan arti dalam hidup pada masa kini dan lampau, kemampuan untuk mengembangkan potensi dalam diri dan berkembang terus secara berkelanjutan, kemampuan untuk memiliki dan memodifikasi lingkungan sesuai dengan kondisi fisik yang dimilikinya (Kasih, 2019)

Berikut salah satu kesejhteraan psikologis yang tinggi adalah Avan Fathurrahman, seorang guru SDN Batu Putih Laok Kecamatan Batu Putih Kabupaten Sumenep, menjadi perbincangan warganet. Guru ini rela mendatangi rumah muridnya satu persatu, setelah beberapa pekan tidak mengajar di sekolah karena pembelajaran dilakukan secara daring. Belajar dengan cara ini dirasa tidak berjalan lancar. Penyebabnya banyak murid yang tidak memiliki smartphone (18/04/2020).

Salah faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan psikolgis seseorang adalah dengan meningkatkan kegiatan keagamaan seseorang yang dapat ditinjau dari kualitas dan kuantitas disebut religiusitas. Salah satu bentuk religiusitas dengan cara bersyukur menrut Fitriani (2016). Kesejahteraan psikologis seseorang dapat ditingkatkan melalui pengungkapan rasa bersyukur, karena kebersyukuran memiliki hubungan yang tinggi dengan aspek kesejahteraan psikologis yaitu penguasaan lingkungan, pertumbuhan pribadi, hubungan positif, tujuan hidup, dan penerimaan diri (Dewanto & Retnowati, 2015).

Menurut Ryff (1989) kesejahteraaan Psikologis adalah konsep yang memiliki keterkaitan yang dapat dirasakan seseorang terhadap aktivitas yang ada di kehidupannya setiap hari yang mengacu pada pengungkapan perasaan pribadi atas apa yang dirasakan oleh individu tersebut sebagai hasil dari pengalaman hidupnya (Kasih, 2019). Kesejahteraan psikologis merupakan variabel yang mampu mengukur tingkat kesejahteraan psikologis seseorang. (Ruhmia, 2014).

Ryff (1989) Kesejahteraan Psikologis adalah seseorang individu yang mempunyai kesejahteraan, melalui penerimaan kondisi diri, mempunyai tujuan hidup, meningkatkan interaksi yang positif dengan orang lain, menjadi seseorang yang mandiri, dapat mengontrol lingkungan, dan mampu bertumbuh secara personal. Selain itu kesejahteraan psikologis dapat diartikan bentuk kesejahteraan psikologis seseorang yang berfokuskan pada upaya realisasi diri (self-realization), menyatakan diri (personal expressiveness) dan mengaktualkan diri (self-actualization) (Hauser dkk dalam Prabowo 2016).

Ryff (Kasih, 2019) membagi Psychological Well-Being menjadi enam aspek berikut ini adalah: Menerima diri (Self-Acceptance), Mempunyai sikap yang positif terhadap diri sendiri, menerima kondisi diri secara positif, Hubungan positif dengan orang lain (Positive Relation with Others). mHubungan bersama orang lain menjadi harmonis, merasa puas, percaya berhubungan dengan orang lain memikirkan kesejahteraan orang lain; memiliki empati, affection dan intimacy dalam menjalin hubungan yang dapat saling memahami, memberi, serta menerima. Kemandirian (Autonomy). Para lanjut usia menjadi mandiri, memiliki kemampuam mempertahankan diri dari pengaruh luar, dapat mengatur diri dan dapat memperbaiki diri. Penguasaan lingkungan (Environmental Mastery).Mampu mengendalikan lingkungan, dapat memanfaatkan aktivitas diluar, dapat memanfaatkan berbagai kesempatan yang datang secara maksimal, dapat memilih dan menumbuhkan konteks yang cocok dengan kebutuhan dan nilai didalam diri. Tujuan dalam kehidupan (Purpose in Life). Mempunyai tujuan hidup, mengartikan bahwa masa kini dan masa lalu ialah berarti, mempunyai keyakinan hidup Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth). Adanya keinginan meningkatkan kemampuan diri, beradaptasi dengan pengalaman baru, menyadari potensi yang dimiliki, selalu memperbaiki diri dan tingkah laku.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan kesejahteraan psikologis merupakan kondisi seseorang yang dapat menerima segala kondisi diri sendiri, mempunyai keyakinan hidup yang bermakna, memiliki tujuan dalam hidup, mampu berhubungan dengan baik dengan orang lain, mampu dalam berpartisipasi dalam berbagai aktivitas dan mampu mengatur tindakan terhadap diri sendiri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Bersyukur berasal dari kata dasar syukur. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, syukur berarti rasa terima kasih kepada Allah (Adang Hambali, Asti Meiza, 2015). Arti lainnya dari kebersyukuran adalah mengucapkan syukur dalam bahasa inggris disebut gratitude. Kata gratitude diambil dari akar latin gratia, yang berarti kebaikan hati,berterimakasih, semua kata yang terbentuk dari akat latin ini berhubungan dengan kebaikan, kedermawaan dankeindahan dari memberi dan menerima. Dari pernyataan tersebut dan disimpulkan bahwa kebersyukuran merupakan perasaan bahagia yang muncul ketika seseorang sedang membutuhkan sesuatu bahkan sudah dalam keadaan cukup (Sulistyarini, 2010).

Menurut Emmons dan MoCullough (dalam (Sulistyarini, 2010) bahwa kebersyukuran merupakan bentuk perasaan yang berubah menjadi sikap, sifat moral yang baik.penejelasan tersebut diketahui bahwa dampak bersyukur berkembang menjadi sebuah sikap. Beberapa tokoh menurut Seligman dan Peterson (2004) menyimpulkan bahwa syukur dalam konsep barat dapat dijelaskan bahwa gratitude atau kebersyukuran dapat diwujudkan dalam sebuah pujian kepada sumber yang memberi dengan mengucapkan terimakasih.

Al-Fauzan mendifinisikan seseorang yang memiliki rasa syukur adalah seseorang yang baik perasaanya, menerima dengan ikhlas, perasaanya hanya penuh memuji hanya kepada Allah Swt dan mengakui segala nikmat dari Allah Swt, bahagia dengan keagungannya, bahagia dengan kekuasaannya, juga ucapanya akan basah setiap waktu melalui bersyukur dan berzikir kepada Allah Swt. (Maulidah, 2015).

Mukhlis, (2016) Mengungkapkan orang dengan rasa syukur yang tinggi mengalami kebahagiaan yang lebih besar, harapan, dan kebanggaan yang lebih besar dibandingkan orang yang kurang bersyukur Al-Munajjid (2006) mengatakan bersyukur merupakan cara berterimakasih kepada Allah swt yang telah memberikan segala kebaikan yang telah diberikannya. Bersyukur adalah menunjukkan atas segala nikmat yang telah diberikan Allah Swt yang diberikan pada diri seseorang.

Berdasarkan uraian diatas bahwa syukur (gratitude) adalah suatu perasaan individu dengan mengungkapkan rasa terima kasih dan rasa senang atas respon nikmat yang telah diterimanya. Bahwa nikmat itu dapat bermanfaat bagi seseorang baik dari kejadian yang dapat menjadikan kedamaian. Bersyukur ialah mempercayai atas segala kemulyaan Allah Swt dan mengyakini Allah Swt sebagai maha memberi, taat melaksanakan perintahnya, mencintai hanya kepada Allah Swt, ikhlas terhadap ketentuanya dan menggunakan nikmat tersebut dalam hal yang diridhoi Allah Swt sebagai bentuk ketaatan. (Gumilar & Uyun, 2009)i (Qolbunya) melalui keimanan, ucapanya dengan memuji, mensanjung dan anggota tubuhnya melaksanakan ibadah dan ketakwaan kepada Allah Swt.

Al-Fauzan (Maulidah, 2015) mengungkapkan bahwa ada 3 aspek bersyukur, yaitu :Syukur melalui hati bahwa mengakui dengan hati bahwa nikmat yang diberikan datangnya hanya dari Allah, wujud dari rasa berterimakasih. Syukur melalui hati dapat menjadikan seseorang untuk merasakan letak nikmat itu pada dirinya, kemudian tidak lupa kepada Allah sebagai pemberinya. Syukur melalui hati berarti memunculkan nikmat di dalam hati dan tidak mengabaikan kenikmatan dari Allah yang telah diberikan kepadanya. seseorang hamba yang belum sempurna hingga mengakui kenikmatan Allah yang terlihat ataupun tidak terlihat yang diberikan kepadanya, kemudian diiringi dengan memohon kepada zat yang memberikannya, mempergunakannya untuk ketaatan, dan kekhusyukan dalam berhajad kepadanya.Syukur melalui Ucapan menjunjung serta memuliakan Allah atas segala nikmat yang telah diberikan dengan penuh kasih sayang. Seseorang yang berucap syukur akan selalu teringat kepada Allah serta menyadari kekurangan dirinya. Menjunjung dengan diikuti kasih sayang dan mengucapkan segala kenikmatan yang telah diterima itu dengan maksud mengakui anugrahnya serta menunjukkan akan kenikmatan yang telah diberikan. mengucapkan menjunjung kenikmatanya bukan untuk kesombongan. Namun bertujuan agar dapat membuatnya bersyukur dengan perasaan dan anggota tubuhnya. Syukur menggunakan anggota tubuh digunakan untuk ibadah kepada Tuhan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan sujud syukur. Para ulama mengatakan syukur anggota badan ialah membiasan taat dan menjauhi perbuatan dosa. Bersyukur “Artinya melakukan ketaatan dan mendekatkan diri kepada allah dengan segala hal yang dicintai allah lahir dan batin. Menurut Al-Hafiz ibnu Hajar “syukur artinya mengakui nikmat dan melakukan pengabdian “As-subki berkata dalam mu’idun miam yang dimaksud dengan syukur perbuatan adalah menjalankan perintah zat pemberi nikamat dan menjauhi segala larangannya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional yaitu penelitian yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel (Azwar, 2015).Subjek penelian pedagang kaki lima di GOR (Gelanggang olah raga) sidoarjo. teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling yang artinya pengabilan sample dilakukan dengan acak tannpa ketentuan tertentu dengan jumlah 111 PKL.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala Likert yaitu skala Kesejahteraan Psikologis (α = 0,784) dan skala Syukur (α = 0,747). Dalam penelitian ini, menggunakan teknik pengumpulan data skala Kesejahteraan Psikologis dan skala Syukur. Skala Kesejahteraan Psikologis mengukur enam aspek yaitu, : penerimaan diri (self-acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others), otonomi (autonomy), penguasaan lingkungan (environmental mastery), tujuan hidup (purpose in life), dan pertumbuhan pribadi (personal growth). Dan skala syukur terdiri dari tiga aspek yaitu, : syukur dengan hati, syukur dengan lisan dan syukur dengan anggota tubuh. Teknik yang digunakan dalam analisis data penelitian ini adalah teknik statistic dengan menggunakan korelasi product momentdan perhitungan spss 18 for windows. Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini di analisis dengan menggunakan teknik statistik yaitu product moment karena untuk mengetahui hubungan antar variabel bebas (x) yaitu Syukur dengan variabel terikat (y) yaitu Kesejahteraan Psikologis dengan bantuan program SPSS 18.0 for windows.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Hasil uji normalitas diketahui nilai normalitas syukur dengan signifikansi nilai 0,773 > 0,05 yang artinya bahwa data tersebut berdistribusi normal. Nilai signifikansi hasil uji normalitas kesejahteraan psikologis sebesar 0,996 > 0,05 yang artinya data tersebut berdistribusi normal. Hasil kesimpulan bahwa variabel dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 1.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Syukur Kesejahteraan Psikologis
N 111 111
Normal Parametersa,b Mean 473.616 848.528
Std. Deviation 623.663 841.899
Most Extreme Differences Absolute .063 .039
Positive .056 .035
Negative -.063 -.039
Kolmogorov-Smirnov Z .662 .413
Asymp. Sig. (2-tailed) .773 .996
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Table 1.Uji Normalitas

Hasil uji linieritas dapat di ketahui bahwa nilai F sebesar 0,507 dengan signifikasi 0.967 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa antara dua variabel tersebut linier. Hasil uji linieritas dapat dilihat pada tabel 2.

ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Kesejahteraan Psikologis * Syukur Between Groups (Combined) 3.163.269 24 131.803 2.446 .001
Linearity 2.534.494 1 2.534.494 47.042 .000
Deviation from Linearity 628.775 23 27.338 .507 .967
Within Groups 4.633.466 86 53.878
Total 7.796.736 110
Table 2.Uji Linieritas

Hasil uji korelasi di ketahui bahwa hasil koefisien korelasi (rxy) 0,570 signifikasi 0,000 < 0,05 maka Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara syukur dengan kesejahteraan psikologis yang signifikan. Artinya bahwa jika syukur tinggi maka kesejahteraan psikologis tinggi dan sebaliknya jika syukur rendah maka kesejahteraan psikologis tinggi. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada tabel 3.

Correlations
Syukur Kesejahteraan Psikologis
Syukur Pearson Correlation 1 .570**
Sig. (2-tailed) .000
N 111 111
Kesejahteraan Psikologis Pearson Correlation .570** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 111 111
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Table 3.Uji Korelasi

Hasil uji koefesien determinasi terdapat nilai 0,319 Adjusted R Square yang artinya variabel syukur memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan psikologis sebesar 31,9 % sisanya dipengaruhi faktor lain sebesar 68,1%. Hasil uji koefesien determinasi dapat dilihat pda tabel 4.

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 0,57 0,325 0,319 6,9482 0,325 52,499 1 109 0
Table 4.Uji Koefesien Determinasi

Hasil analisis aspek syukur diketahui nilai mean aspek syukur dengan hati sebesar 21,9640 kemudian aspek syukur dengan lisan sebesar 14,7117 dan aspek syukur dengan perbuatan sebesar 10,6396. Diantara ketiga aspek tersebut nilai mean tertinggi pada pedagang kaki lima GOR sidoarjo adalah aspek syukur dengan hati 21,9640. Hasil analisis aspek syukur dapat dilihat pada tabel 5.

Statistics
Syukur dengan Hati Syukur dengan lisan Syukur dengan Perbuatan
N Valid 111 111 111
Missing 0 0 0
Mean 21,964 14,7117 10,6396
Median 23 15 11
Std. Deviation 4,02024 2,52402 2,02167
Variance 16,162 6,371 4,087
Minimum 11 9 6
Maximum 29 19 14
Table 5.Syukur

Hasil analisis kesejahteraan psikologis menunjukkan nilai kesejahteraan psikologis pedagang kaki lima GOR Sidoarjo terbanyak pada kategori normal sebanyak 44 (39,6%) orang, kemudian rendah 30 (27%), tinggi 27 (24,3%), sangat rendah 6 (5,4%) dan sangat tinggi 4 (3,6%) orang. Hasil analisis kesejahteraan psikologis dapat dilihat pada tabel 6.

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sangat Rendah 6 5.4 5.4 5.4
Rendah 30 27.0 27.0 32.4
Normal 44 39.6 39.6 72.1
Tinggi 27 24.3 24.3 96.4
Sangat Tinggi 4 3.6 3.6 100.0
Total 111 100.0 100.0
Table 6.Kesejahteran Psikologis

Pembahasan

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara syukur dengan kesejahteraan psikologis pedagang kaki lima Gor Sidoarjo dengan hasil koefisien korelasi 0,570 dengan signifikasi 0,000 < 0,05 yang berarti hipotesis diterima dengan korelasi sedang ke tinggi. Hasil ini mengetahui bahwa semakin tinggi syukur maka semakin tinggi kesejahteraan psikologisnya dan sebaliknya semakin rendah syukur maka semakin rendah kesejahteraan psikologisnya. Hasil penelitian ini juga menunjukkan tinggi dan rendahnya Syukur berkaitan dengan tinggi rendahnya Kesejahteraan Psikologisnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa sumbangsih Syukur terhadap kesejahteraan psikologis adalah 31,9% sisanya 68,1% dipengaruhi oleh variabel lain. Dengan demikian kesejahteraan psikologis pada pedagang kaki lima Gor Sidoarjo lebih besar dipengaruhi oleh variable lain dibandingkan oleh variable syukur.

Nilai mean aspek syukur dengan hati sebesar 21,9640 kemudian aspek syukur dengan lisan sebesar 14,7117 dan aspek syukur dengan perbuatan sebesar 10,6396. Diantara ketiga aspek tersebut nilai mean tertinggi pada pedagang kaki lima GOR sidoarjo adalah aspek syukur dengan hati 21,9640. Artinya bahwa syukur dengan hati memiliki kategori tinggi pada subjek pedagang kaki lima Gor Sidoarjo. Sedangkan nilai kesejahteraan psikologis pedagang kaki lima GOR Sidoarjo terbanyak pada kategori normal sebanyak 44 (39,6%) orang, kemudian rendah 30 (27%), tinggi 27 (24,3%), sangat rendah 6 (5,4%) dan sangat tinggi 4 (3,6%) orang. Artinya subjek dalam penelitian ini memiliki kesejahteraan psikologis kategori sedang sebesar 24,3%.

Hasil penelitian ini didukung penelitian yang dilakukan oleh (Kasih, 2019) pada pedagang pasar baru arengka Riau Rasa syukur sangat terkait dengan kesejahteraan, karena kebersyukuran memiliki hubungan yang besar dengan komponen kesejahteraan psikologis yaitu penguasaan lingkungan, pertumbuhan pribadi, hubungan positif, tujuan hidup, dan penerimaan diri. Semakin sering bersyukur dan berterima kasih, kita akan semakin baik, tenteram dan sejahtera secara psikologis. Jadi, semakin tinggi syukur yang di miliki pedagang pasar tradisional maka semakin baik pula psychological well being pada pedagang pasar tradisional. dengan dengan hasil penelitian sebagai berikut : laki-laki 83 orang (53,50%) dan jumlah subjek perempuan 73 orang (46,50%). Sedangkan pedagang bersuku minang berjumlah 73 orang (47,1%), melayu berjumlah 45 orang (29,0%), batak berjumlah 21 orang (13,5%), dan suku jawa berjumlah 16 orang (10,3%).

Sari, (2018) Syukur adalah bentuk dari rasa berterimakasih yang dilakukan oleh individu dalam menghadapai segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya. Bersyukur menurut istilah ialah mengakui nikmat yang Allah karuniakan disertai dengan kepatuhan kepada-Nya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak Allah. Al-Fauzan mendifinisikan seseorang yang memiliki rasa syukur adalah seseorang yang baik perasaanya, menerima dengan ikhlas, perasaanya hanya penuh memuji hanya kepada Allah Swt dan mengakui segala nikmat dari Allah Swt, bahagia dengan keagungannya, bahagia dengan kekuasaannya, juga ucapanya akan basah setiap waktu melalui bersyukur dan berzikir kepada Allah Swt. (Maulidah, 2015).

Menurut Ryff Kesejahteraan psikologis adalah kemampuan individu agar dapat menerima diri dengan apa adanya, membentuk hubungan yang baik dengan orang lain, mampu mandiri dalam menghadapi tekanan sosial, mengendalikan lingkungan eksternal, mempunyai tujuan dalam hidupnya, serta dapat mengembangkan potensi dirinya secara kontinu Fitriani (2016). Kesejahteraan psikologis yang rendah pada PKL mengakibatkan kesulitan dalam mengatur peningkatan usaha berdagang sehari – harinya. sedangkan PKL yang memiliki kesejahteraan psikologis yang baik akan mampu mandiri, bekerja selalu dengan perasaan senang, penuh keiklasan, tidak mengeluh dan melakukan tugasnya dengan baik.

Simpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian diatas adanya hubungan positif antara syukur dengan kesejahteraan psikologis pada pedagang kaki lima gelanggang olah raga sidoarjo terlihat dari hasil koefisien 0,570 dengan nilai signifikasi p =0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian diterima yang artinya semakin tinggi syukur maka semakin tinggi kesejahteraan psikologisnya dan sebaliknnya semakin rendaah syukur maka semakin rendah kesejahteraan psikologisnya. Nilai koefesien determinasi sebesar 31,9 % sisanya dipengaruhi faktor lain sebesar 68,1%. Dengan demikian kesejahteraan psikologis pada pedagang kaki lima Gor Sidoarjo lebih besar dipengaruhi oleh variabel lain dibandingkan oleh variabel syukur.

References

  1. Adang Hambali, Asti Meiza, I. F. (2015). FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM KEBERSYUKURAN (GRATITUDE) PADA ORANGTUA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PERSPEKTIF PSIKOLOGI ISLAM. 105, 94–101.
  2. Antara, A. (без дата). Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima Di Kecamatan Denpasar Barat. 2016, 1265–1291.
  3. Azwar, S. (2015). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Pustaka Pelajar.
  4. Dewanto, W., & Retnowati, S. (2015). Intervensi kebersyukuran dan kesejahteraan penyandang disabilitas fisik. E-Jurnal Gama JPP, 1(1), 33–47.
  5. Fitriani, A. (2016). Peran Religiusitas Dalam Meningkatkan Psychological Well Being. 1.
  6. Gumilar, F. U., & Uyun, Q. (2009). Kebersyukuran Dan Kebermaknaan Hidup Pada Mahasiswa. Psikologika : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 14(1), 65–70. https://doi.org/10.20885/psikologika.vol14.iss1.art6
  7. Hadi, I. S. S., & Ismanto. (2019). Implementasi Kebijakan Publik Tentang Penataan. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
  8. Handoyo, E. (2014). Kontribusi Modal Sosial Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Pedagang Kaki Lima Pascarelokasi. Komunitas: International Journal of Indonesian Society and Culture, 5(2), 252–266. https://doi.org/10.15294/komunitas.v5i2.2743
  9. Kasih, I. (2019). Hubungan Antara Syukur dengan Psychological Well Being Pada Pedagang Pasar Tradisional ( Pasar Baru Arengka ) Di Pekanbaru Riau.
  10. Mardelina, E., & Muhson, A. (2017). Mahasiswa Bekerja Dan Dampaknya Pada Aktivitas Belajar Dan Prestasi Akademik. Jurnal Economia, 13(2), 201. https://doi.org/10.21831/economia.v13i2.13239
  11. Maulidah, I. L. (2015). Hubungan Kebersyukuran Dan Kebermaknaan Hidup. 1991, 14–55.
  12. Mukhlis, H. (2016). Pelatihan Kebersyukuran; Sebuah Upaya untuk Menurunkan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa SMA. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1), 09–18. https://doi.org/10.30604/jika.v1i1.3
  13. Prabowo, A. (2016). Kesejahteraan Psikologis Remaja di Sekolah. Jurnal Ilmiah Psikologi, 04(02), 246–260.
  14. Pratama, D. R. (2020). KEBIJAKAN REVITALISASI GELANGGANG OLAHRAGA DELTA PEDAGANG KAKI LIMA.
  15. Ruhmia, Q. (2014). Hubungan Kebersyukuran dengan Kesejahteraan Psikologis pada Masyarakat Tingkat Ekonomi Menengah Kebawah. SSRN Electronic Journal, 5(564), 1–19. https://doi.org/10.4324/9781315853178
  16. Santoso, S. (2018). Keunggulan Kompetitif Kelompok Pedagang Sektor Informal Pendatang. Aristo, 6(1), 164. https://doi.org/10.24269/ars.v6i1.790
  17. Sari, R. W. (2018). Hubungan antara kebersyukuran dan kesejahteraan karyawan. Skripsi, 1–127.
  18. Sulistyarini. (без дата). Pelatihan kebersyukuran untuk meningkatkan proactive coping pada survivor bencana gunung merapi. 2010.