Abstract

According to research by Bowlby [1], where the support figure attachment physically and emotionally can affect the development of adaptive emotion regulation. The purpose of this study was to see whether there was a relationship between peer attachment and emotional regulation in class XII students at school X. This study used a quantitative research type with a sample of 114 students sitting in bench XII. The sampling technique used is quota sampling with non-probability sampling technique. The scale used by the author for data collection uses the peer attachment scale which was developed by the author himself through the dimensions of peer attachment and the emotion regulation scale which was developed through aspects of emotion regulation with a total of 80 questions in the form of a Likert scale. The results showed that there was no relationship between peer attachment and emotional regulation in class XII students with a correlation coefficient of r=0.072 Sig 0.444 > 0.05. Then the researchers conducted a different test on the peer attachment scale with emotion regulation for each major. The results of the different peer attachment test with a value of F = 5.668 and sig (0.001) > 0.05 where there are differences for each major.

Pendahuluan

Pada masa remaja bukan hanya perubahan fisik yang dialami tetapi juga adanya perubahan psikologis. Menurut Hurlock (2002) pada periode hightened emotionality, yaitu suatu keadaan dimana kondisi emosi tampak lebih tinggi atau tampak lebih intens dibandingkan dalam keadaan normal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang ditemukan Gottman, (1997), menunjukkan bahwa dengan mengaplikasikan regulasi emosi dalam kehidupan akan berdampak positif baik dalam kesehatan fisik, keberhasilan akademik, kemudahan dalam membina hubungan dengan orang lain. Namun tidak semua siswa memiliki regulasi emosi yang baik, hal ini juga terjadi di Sekolah X bahwa tidak semua siswi memiliki kemampuan meregulasi emosi secara memadahi. Kemampuan mengolah dan mengekspresikan emosi merupakan salah satu bagian dari kemampuan meregulasi emosi seseorang, selain proses memonitoring dan evaluasi reaksi terhadap emosi [2] (Thompson, 1944; Zimmerman, 2001). Regulasi emosi pada seseorang dapat dipengaruhi dengan dua faktor yaitu yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Pada faktor intrinsik, temprament pada seseorang merupakan karakteristik yang dimiliki seseorang sejak lahir dan relatif akan menetap, sistem syaraf dan fisiologis dapat menjadi faktor intrinsik karena merupakan faktor yang mendukung dan berkaitan dengan proses regulasi emosi. Faktor ekstrinsik yang dapat mempengaruhi regulasi emosi adalah hubungan peer attachment atau kelekatan teman sebaya antar individu [3](Calkins & Hill, dalam Gross, 2007).

Peer attachment merupakan proses terjalinnya suatu ikatan anatara individu dengan teman sebaya atau peer group [4](Mate & Neufeld, 2004). Selama masa remaja, teman sebaya memiliki pengaruh besar pada kehidupan, dimana Keterikatan pada teman sebaya umumnya menghasilkan kepercayaan kepada teman, adanya penerimaan diri dan membentuk komunikasi yang erat, dan kemudian rasa saling ketergantungan dengan teman sebaya, dan rasa aman dan nyaman dengan teman sebaya [5] (Armsden & Greenberg). Siswi pada masa remaja yang memiliki hubungan keterikatan dengan teman (peer attachment) akan mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan lebih baik (Papalia, 2014).

Seorang anak akan membentuk ikatan yang erat dengan teman sebaya saat mereka masuk pada usia remaja terbentuknya sebuah Ikatan erat karena jalinan komunikasi dan sistem kepercayaan yang tercipta dengan baik [5](Armsden & Greenberg, 2009). Remaja cenderung lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya, teman sebaya merupakan figur kelekatan atau attachment yang sangat penting dalam masa perkembangan remaja.

Penelitian ini membatasi subyek yang bersekolah disekolah kejuruan di sekolah X yang sudah menempuh pendidikan kurang lebih dua tahun. Karena dalam sekolah tersebut lebih banyak siswi perempuan yang memiliki usia hampir sama, dan sesuai dengan berbagai masalah yang terjadi saat ini. Pada juli 2020 peneliti melakukan observasi pada area disekitar wilayah sekolah X, terdapat beberapa penyebab permaasalahan dimana dari beberapa siswi yang mengalami kesulitan dalam meregulalsi emosi yang muncul berasal dari hubungan dengan teman sebaya, kelas dibawahnya serta kelas diatasnya, dan adanya harapan yang membuat remaja tertekan akan harapannya sendiri serta terhadap orang lain.

Sebagai seorang siswi yang baru duduk di kelas XII dan memiliki banyak kepadatan jadwal yang baru mereka rasakan dengan berbagai jenis masalah yang dapat mereka alami, cara penyelesaikan masalah merekapun beragam. Namun, ada beberapa siswi yang kurang dapat menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Siswi tersebut akan kesulitan dalam merugulasi emosi yang muncul. Dibandingkan dengan siswi yang memiliki peer attachment yang baik akan didapatkan cara dimana siswi dapat mengatasi masalah atau emosi yang muncul, karena adanya peer attachment yang baik dapat berpengaruh terhadap keahlian sosial yang diperoleh, dimana adanya kerjasama dengan orang lain. Ketika seseorang memiliki peer attachment tidak baik maka, akan kesulitan dalam menghadapi masalah yang muncul.

Metode Penelitian

Gross dan Thompson (dalam Umasugi, 2013), berpendapat bahwa regulasi emosi merupakan suatu proses didalam dan diluar dari individu yang memiliki tanggung jawab memonitor emosi dalam diri, mengevaluasi emosi yang muncul, serta memodifikasi emosi yang keluar secara intens dan khusus untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Aspek-aspek kemampuan regulasi emosi terdiri dari tiga macam menurut [6] (Thompson, 1994) yaitu, kemampuan individu dalam memonitor emosi (emotions monitoring), kemampuan individu dalam mengevaluasi emosi (emotions evaluating), dan kemampuan memodifikasi emosi (emotions modification).

Ketika remaja seseorang akan mengalami periode kritis, namun pada usia tertentu seseorang memulai membentuk suatu hubungan yang erat dengan teman dekatnya. Peer attachment yang baik pada remaja, akan memudahkan seorang untuk terbuka berkomunikasi serta mengekspresikan emosi negatif yang dirasakan. Menurut teori peer attachmnent [7](Armsden dan Greenberg 1987 dalam Kusumawardani, 2019), teori peer attachment merupakan suatu hubungan yang dekat antara remaja dengan sahabat atau teman sebaya, terbentuk karena terbentuknya sistem komunikasi serta kepercayaan terhapat teman yang cukup baik. Tiga dimensi dari attachment menurut [5](Armsden dan Greenberg, 1987), yaitu, kepercayaan. Komunikasi, dan alienation (keterasingan). Dimensi peer attachment tersebut akan memunculkan sebuah dampak, terdapat 2 dampak dalam peer attachment. Dampak negatif dandampak positif. Ketika seorang remaja memiliki Peer attachment yang terlalu tinggi dapat membuat seseorang melakukan hal yang negatif, salah satunya dengan tidak pergi ke sekolah dan kekerasan. Dampak positif Pembentukan peer attachment yang baik pada remaja dapat berupaya untuk memeudahkan dalam mengelolah emosi yang baik serta mencegah timbulnya peer attcahment yang negatif.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, karena peneliti memiliki tujuan untuk menemukan apakah terdapat hubungan antara peer attachment dengan regulasi emosi pada siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi SMK disekolah X T.A 2019. Sekolah X memiliki 6 jurusan dengan jumlah siswa 354 orang. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian menggunakan tabel morgan dengan tingkat kesalahan sebesar 5% . Berdasarkan pada tabel morgan dengan populasi 354 siswi dengan tingkat kesalahan sebesar 5% dengan jumlah minimum sampel yang diambil harus mewakili dari jumlah populasi, dan dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil 177 orang siswi SMK disekolah X tahun 2019.

Uji koefisien reliabilitas skala pada skala peer attachment dengan jumlah responden 114 dengan aitem valid sebanyak 29 hasil didapatla nilai Alpha Cronbachsebesar 0.941, dan skala pada skala regulasi emosi dengan jumlah responden 114 dengan aitem valid sebanyak 30 hasil didapatla nilai Alpha Cronbachsebesar 0.893 data tersebut dapat dinyatakan reliabel. Uji normalitas pada penelitian ini adalah dengan menggunakan normal probability plot JASP, dan diperoleh hasil signifikansi sebesar 0.166 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai residual data berdistribusi normal.

Setelah menghitung uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas kedua variabel terpenuhi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis, yaitu untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya hubungan peer attachment dengan regulasi emosi pada siswi Kelas XII di Sekolah X. Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda yang dihitung dengan bantuan program JASP. Uji hipotesis pada penelitian ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifkan antara peer attachment dengan regulasi emosi pada siswi Kelas XII di Sekolah X karena didapatkan nilai r=0.072 Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%) angka signifikansi 0.444 > 0.05. Peneliti kemudian membandingan hubungan antara aspek peer attachment dengan regulasi emosi, untuk mengetahui adanya besaran pengaruh dari tiap aspek peer attachment terhadap regulasi emosi. Dimana pada masing- masing jurusan memiliki beda pengaruh baik skala uji beda peer attachment maupun regulasi emosi.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Hasil penelitian hubungan antara peer attachment dengan regulasi emosi pada siswi kelas XII pada sekolah X yakni dengan karakteristik repsonden pada tabel berikut :

Karakteristik Frekuensin (total=114) Persen (%)
Umur
16 Tahun 15 13.2
17 Tahun 94 82,5
18 Tahun 5 4.4
Total 114 100.0
Jurusan
Multimedia 16 14.0
Bisnis Pemasaran 16 14.0
Perbankan dan kuangan mikro 17 17.3
Akutansi dan Keuangan lembaga 39 34.2
Rekayasa Perangkat Lunak 15 13.2
Otomatisasi dan tata kelolah perkantoran 11 9.6
Total 114 100.0
Pekerjaan Orang Tua
Wiraswasta 6 5.3
Pegawai swasta 73 64.0
PNS 35 30.7
Total 114 100
Table 1.Karakteristik Responden

Berdasar data karakteristik sampel di atas, didapatkan bahwa usia sampel terbanyak adalah masa dewasa awal 17 tahun (82.5%). Disamping, sampel peserta didik SMK di sekolah X memiliki latar belakang pendidikan dengan jurusan terbanyak Akutansi dan Keuangan Lembaga (34.2%) disusul kedua jurusan perbankkan dan keuangan mikro (17.3%). Adapun sampel peserta didik SMK di sekolah X memiliki orang tua dengan latar belakang sebagai pegawai swasta (73 orang, 64.0%), sisanya adalah PNS (30.7%) dan wiraswasta (5.3%).

Hasil Hipotesis

Pearson's Correlations
Variable Peer Attachment Regulasi Emosi
1. Peer Attachment n
Pearson's r
p-value
2. Regulasi Emosi n 114
Pearson's r 0.072
p-value 0.444
* p < .05, ** p < .01, *** p < .001
Table 2.Uji Hipotesis

Hasil diatas menunjukkan variabel regulasi emosi pada siswi Kelas XII yang terjadi tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel peer attachment karena didapatkan nilai r=0.072 Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%) angka signifikansi 0.444 > 0.05 yang artinya data tidak signifikansi. Dimana tidak ada hubungan antara peer attachment dengan regulasi emosi pada siswi kelas XII di Sekolah X.

1. Hasil Perbedaan Peer Attachment dari Jurusan

Tabel 4.5 ANOVA - Peer Attachment
Cases Sum of Squares df Mean Square F p
Jurusan 3811.737 5 762.347 5.668 < .001
Residuals 14526.544 108 134.505
Note. Type III Sum of Squares
Table 3.Hasil Uji Beda Peer Attachment

Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat perbedaan peer attachment dilihat dari jurusan dengan nilai F = 5.668 dan sig. (0.001) < 0.05.

Figure 1.Grafik Rerata Peer Attachment

Grafik diatas menunjukkan bahwa pada skala peer attachment pada masing-masing jurusan memiliki perbedaan yakni nilai mean tertinggi pada jurusan Otomatisasi dan tata kelolah perkantoran dengan nilai mean sebesar 87.455 dan nilai standart deviasi sebesar 10.671, kemudian dengan nilai mean terendah jurusan rekayasa perangkat lunak dengan nilai mean sebesar 67.733 dan nilai standart deviasi sebesar 8.328.

2. Hasil Perbedaan Regulasi Emosi dari Jurusan

ANOVA - Regulasi Emosi
Cases Sum of Squares df Mean Square F p
Jurusan 697.773 5 139.555 4.561 < .001
Residuals 3304.516 108 30.597
Note. Type III Sum of Squares
Table 4.Hasil Uji Beda Regulasi Emosi

Hasil analisis menunjukan bahwa terdapat perbedaan regulasi emosi dilihat dari jurusan dengan nilai F = 4.561 dan sig. (0.001) < 0.05.

Figure 2.Grafik Rerata Regulasi Emosi

Uji perbedaan juga dilakukan untuk skala regulasi emosi pada masing-masing jurusan, menunjukkan bahwa pada skala regulasi emosi pada masing-masing jurusan memiliki perbedaan yakni nilai mean tertinggi pada jurusan multimedia dengan nilai mean sebesar 88.500 dan nilai standart deviasi sebesar 8.414, dengan nilai mean terendah jurusan perbankan dan keuangan mikro dengan nilai mean sebesar 80.822 dan nilai standart deviasi sebesar 6.071.

Pembahasan

Uji hipotesis pada penelitian ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifkan antara peer attachment dengan regulasi emosi pada siswi Kelas XII di Sekolah X . Hasil iji hipotesis ini menggunakan teknik korelasi sederhana, dimana variabel regulasi emosi pada siswi Kelas XII yang terjadi tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel peer attachment karena didapatkan nilai r=0.072 Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%) angka signifikansi 0.444 > 0.05 yang artinya data tidak signifikansi.

Penelitian terdahulu menguji secara empiris mengenai hubungan antara peer attachment dengan regulasi emosi pada mahasiswa yang mengikuti organisasi daerah [8] (Yani Ananta Dwi, 2020). Tujuan penelitian terdahulu dilakukan mengetahui seberapa besar pengaruh peer attachment terhadapat regulasi emosi dengan menggunakan sampel mahasiswa yang mengikuti organiasi daerah dan dengan responden 160 orang. Peneliti terdahulu menggunakan teknik non-probability dengan metode insidential sampling data, pada penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan nilai kofisien 0.076 dengan signifikansi p = 0.227 > 0.005, dan besaran pengaruh peer attachmeny terhadap regulasi emosi pada mahasiswa mengikuti kegiatan organisasi daerah sebesar 6.2%.Hipotesis pada penelitian terdahulu juga ditolak dimana tidak ada hubungan antara peer attachment dengan regulasi emosi pada mahasiswa yang mengikuti kegiatan organisasi daerah. Besarnya pengaruh variabel lain terhadap regulasi emosi didapatkan nilai sebesar 93.8 %.

Sehingga peneliti melakukan uji beda pada skala peer attachment dan regulasi emosi untuk masing-masing jurusan untuk mengetahui apakah pada masing-masing jurusan memiliki regulasi emosi yang tingga dimana perkembangan regulasi emosi tersebut di pengaruhi adanya peer attachment yang baik. Pada hasil analisis deskriptif uji beda pada masing-masing jurusan bahwa terdapat perbedaan peer attachment, dimana pada jurusan jurusan otomatisasi dan tata kelolah perkantoran mendapat nilai tertinggi pada skala uji beda masing-masing jurusan dimna didapatkan nilai mean sebesar 87.455 dan nilai standart deviasi sebesar 10.671. Respondent pada jurusan otomatisasi dan tata perkantoran memiliki rerata usia yang sama. Chaplin (2009) [9](dalam Sari & Indrawati, 2016), mengatakan bahwa teman sebaya merupakan teman yang seusia. Menurut Santrock (2005) [9] (dalam Sari & Indrawati, 2016), teman sebaya diartikan sebagai individu dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama, sehingga dukungan dari lingkungan sekitar dalam pemberian bantuan ataupun dukungan pada teman dirasakan individu disaat diperlukan. Santrock (2005) [9](dalam Sari & Indrawati, 2016) mengemukakan dimana fungsi terpenting teman sebaya sebagai sumber informasi diluar keluarga tentang dunia, seperti dimana seorang siswi menerima umpan balik mengenai kemampuan yang dimiliki serta mempelajari apa yang kurang baik, sama baik atau lebih baik dengan teman seusianya.

Uji beda dalam hasil penelitian skala peer attachment pada jurusan akutansi dan keuangan lembaga didapatkan nilai tertinggi kedua dengan nilai mean sebesar 77.513 dan nilai standart deviasi sebesar11.197. Respondent pada jurusan akutansi dan keuangan lembaga juga memiliki usia rerata yang sama akan tetapi ada bebrapa siswi yang memiliki beda usia 2 tahun dan 1 tahun. Interaksi yang baik dengan relasi satu dengan yang lainnya terjlin dalam hubungan kelekatan teman sebaya, dimana pengaruh terhadap proses belajar. Hal tersebut menjadi salah satu faktor terbentuknya hubungan peer attachment yang baik yang tercipta dalam suasana belajar, karena siswi tersebut merasakan kesamaan dalam suatu proses belajar. Dalam penelitiannya mengatakan bahwa terciptanya hubungan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, sehingga dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa. Adanya suatu interaksi yang baik ialah adanya hubungan timbal balik serta suatu aturan yang saling mempengaruhi pada individu.

Nilai mean terendah hasil uji beda skala peer attachment pada masing-masing jurusan yakni dari jurusan rekayasa perangkat lunak dengan nilai mean sebesar 67.733 dan nilai standart deviasi sebesar 8.328. Hal tersebut dikarenakan respondent pada jurusan rekayasa perangkat lunak memiliki rerata usia beda 1 tahun, sehingga hubungan antara peer attachment secara intim yang beranggotakan sejumlah individu yang mempunyai persamaan usia dan status atau posisi serta dapat ketegorinya masing-masing. Hubungan peer attachment sangat penting dalam proses kehidupan remaja, hal ini menunjukkan dimana siswi pada jurusan rekayasa perangkat lunak mendapatkan penerimaan dan dukungan yang baik dari teman sebaya. Peer attachment yang baik mampu mempengaruhi pembentukan diri dan juga teman sebaya akan membuat siswi merasakan dukungan, rasa dihargai, dan dicintai oleh lingkungannya.

Hasil uji beda pada peer attachment yang menunjukkan angka signifikansi menurut teori Armsden & Greenberg (1987) [10] (dalam Lestari Ayu Dewi, dkk, 2018), peer attachment merupakan hubungan erat yang terbentuk antara individu dengan teman sebaya yang disebabkan adanya jalinan komunikasi dan kepercayaan. Remaja yang mampu mengkomunikasikan pikiran perasaan secara terbuka, akan merasakan hal-hal yang positif. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa remaja dapat meredam rasa amarah dengan menceritakan dan mempercayai sahabat terdekat yang bisa mereka percaya. Peer attachment pada remaja, khususnya dalam penelitian ini, dimana terbentuknya suatu pertemanan atau persahabatan, yang bermula dari terjadinya komunikasi dua arah yang terjalin secara intens, sehingga terbentuk sebuah kepercayaan terhadap teman mereka. Selain peer attachment remaja juga memiliki tingkat regulasi emosi yang cukup tinggi sebagaimana proses perubahan diri baik secara fisik maupun hormon.

Peer attachment pada responden peserta didik SMK yang baru duduk kelas XII yang masuk pada masa remaja akhir, merupakan anak yang pada usia remaja yang mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan baik ketika memiliki teman sebaya yang cukup dekat (Papalia, 2014). Kelekatan yang terjadi pada masa remaja, akan membentuk persahabatan, kepercayaan terhadap teman, penerimaan komunikasi yang intens, sehingga akan memunculkan rasa aman, nyaman [7] (Armsden & Greenberg, 2009). Peer attachment merupakan salah satu persepsi sesorang tentang sejauh mana individu dengan teman sebaya dapat saling memahami, berkomunikasi dengan baik, serta merasa aman dan nyaman dengan teman sebaya [5] (Armsden & Greenberg, 1987).

Peneliti juga melakukan uji beda masing-masing jurusan pada skala regulasi emosi. Pada hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan regulasi emosi, uji beda pada skala regulasi emosi pada masing-masing jurusan dengan hasil tertinggi dari jurusan multimedia dengan nilai mean 88.500 dan standart deviasi 8.414. Respondent pada jurusan multimedia rerata memiliki usia beda dua tahun dan beberapa rerata beda satu tahu, hal tersebut menunjukkan bagaimana proses regulasi emosi pada siswi dipengaruhi adanya kemampuan dalam mengubah fikiran atau penilaiannya tentang sintuai yang dihadapi secara positif. Sehingga seseorang dengan regulasi emosi tinggi akan memiliki harga diri tinggi, serta dimana individu tersebut yang mampu menghargai dan menerima kemampuan dirinya.

Pada jurusan akutansi dan keuangan lembaga didapatkan nilai tertinggi kedua dengan nilai mean sebesar 87.538 dan nilai standart deviasi sebesar4.855 hasil uji beda skala regulasi emosi. Repondent pada jurusan akutansi memiliki rerata usia yang sama dimana secara keseluruhan memiliki kemampuan dalam mengelolah emosi dengan baik. Hasil tersebut menjukkan bahwa pada jurusan akutansi dan keuangan lembaga memiliki regulasi emosi yang positif dimana siswi mampu mengendalikan emosi yang sifatnya negatif.

Kemudian hasil uji beda pada skala regulasi dengan nilai mean terendah jurusan perbankan dan keuangan mikro dengan nilai mean sebesar 80.822 dan nilai standart deviasi sebesar 6.071. Hal tersebut menunjukkan pada jurusan perbankan dan keuangan mikro memiliki tingkat regulasi rendah. Respondent pada jurusan perbankan dan keuangan mikro memiliki rerata usia beda satu tahun, dan regulasi emosi yang dimiliki pada siswi jurusan perbankan dan keuangan mikro mempengaruhi proses mental, tingkah laku yang nyata, dimana nantinya memunculkan perbedaan-perbedaan pada siswi [6] (Gross, 1999). Sehingga regulasi emosi yang muncul dapat mempengaruhi tingkat emosi dan positif dan negatifnya emosi yang terbentuk [6](Gross, 1999).

Hasil penelitian tambahan yang dilakukan untuk melihat rerata skor regulasi emosi pada masing-masing jurusan menunjukkan bahwa berdasarkan hasil tiap masing-masing jurusan terdapat regulasi emosi dimana setiap siswa mampu untuk mengevaluasi dan mengenali emosi yang muncul. Indivdu mampu mengenali dan menyadari emosi yang muncul sehingga individu mampu meregulasi emosi. Regulasi emosi dianggap penting dalam perkembangan siswa dimana erat kaitannya dengan dampak negatif yang muncul jika siswa kurang mampu meragulasi emosi dengan baik. Signifikansi pada regulasi emosi masing-masing jurusan menunjukkan setiap individu memiliki emosi, dan juga perlu mengatur emosi, dimana perlu mengambil sikap terhadap emosi dan konsekuensi dalam setiap tindakan emosional yang mereka keluarkan [11] (Frijda, 1986 dalam Kartika Yuni, Nisfiannoor M., 2004).

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telat dilakukan dengan judul hubungan antara peer attachment dengan regulasi emosi pada siswi kelas XII di Sekolah X dapat diambil kesimpulan bahwa:

Tidak ada hubungan antara peer attachment dengan regulasi pada siswi Kelas XII yang terjadi, tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel peer attachment karena didapatkan nilai r=0.072. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%) angka signifikansi 0.444 > 0,05 yang artinya data tidak signifikansi. Hasil analis data dengan memakai analisis korelasi sederhama dengan batuan JASP didapatkan koefisien korelasi juga yang menunjukan tidak adanya hubungan antara peer attachment dengan regulasi emosi (rx1y =0.160; p=0.117 > 0.05). Artinya bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara peer attachment dengan regulasi emosi pada siswi Kelas XII di Sekolah X.

References

  1. R. J. Cleary, “III . Bowlby ’ s Theory of Attachment and Loss : A Feminist Reconsideration,” vol. 9, no. 1, pp. 32–42, 2001.
  2. P. Zimmermann, “Attachment and adolescents’ emotion rugulation during a joint problem-solving task with a friend.” International journal of behavioral development, pp. 331–343, 2001.
  3. J. J. Gross, “Conceptual and Empirical Foundations yr ig Th e ui lfo rd Pr es s yr ig ht Pr es,” 2014.
  4. K. Pascuzzo, E. Moss, and C. Cyr, “Attachment and Emotion Regulation Strategies in Predicting Adult Psychopathology,” SAGE Open, vol. 5, no. 3, pp. 1–15, 2015, doi: 10.1177/2158244015604695.
  5. M. T. Greenberg, “The Inventory of Parent and Peer Attachment : Individual Differences and Their Relationship to Psychological Well-Being in Adolescence,” no. October 1987, 2014, doi: 10.1007/BF02202939.
  6. J. J. Gross, “Emotion regulation : Affective , cognitive , and social consequences,” pp. 281–291, 2002.
  7. A. Kusumawardani, “Pengaruh peer attachment dengan religiusitas terhadap regulasi emosi remaja dengan orang tua tunggal,” Skri, pp. i–67, 2019.
  8. D. A. Yani, “Pengaruh peer attachment terhadap regulasi emosi pada mahasiswa yang mengikuti organisasi daerah,” Skripsi, no. 201610230311022, 2020.
  9. S. Diajukan, M. Sebagian, S. Guna, M. Gelar, S. Strata, and I. P. Oleh, “ATTACHMENT DENGAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN,” 2019.
  10. D. Ayu Lestari and Y. Wuri Satwika, “Hubungan antara peer attachment dengan regulasi emosi pada siswa kelas VIII di smpn 28 surabaya,” Character J. Penelit. Psikologi., vol. 5, no. 2, pp. 1–6, 2018.
  11. M. Nisfiannoor and Y. Kartika, “Hubungan antara regulasi emosi dan penerimaan kelompok teman sebaya pada remaja,” J. Ilm. Psikol. Terap., vol. 2, no. 2, 2004.