Abstract
The purpose of this study was to determine the relationship between organizational activity and interpersonal skills of adolescents in Trompo Asri Jabon Sidoarjo. This study uses a quantitative approach. In this study, a sample of 46 students in Trompo Asri Village, Jabon Sidoarjo, was used which was obtained from the total sampling technique. The data collection technique was carried out with the scale of organizational activity and the scale of interpersonal skills. Measurement of variables using a Likert scale. The data were analyzed by testing the hypothesis using the Pearson Correlaton Product Moment. The results of this study indicate that there is a significant relationship between organizational activity and interpersonal skills in students in Trompo Asri Village. Students' organizational activities in Trompo Asri Village are classified as active, while students' interpersonal skills in Trompo Asri Village are classified as good.
Pendahuluan
Mahasiswa di desa perlu memiliki kompetensi interpersonal karena remaja tersebut tinggal di daerah yang lebih sering melakukan aktivitas komunikasi interpersonal di mana banyak aktivitas berkumpul setiap harinya, seperti berkumpul bersama tetangga setempat untuk menjenguk tetangga yang sedang sakit, berkumpul bersama tetangga saat ada acara adat setempat, bahkan saat membeli suatu barang di warung tetangga di desa pun juga memerlukan kompetensi interpersonal agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Mahasiswa yang tinggal di desa yang memiliki kompetensi interpersonal yang baik akan mudah untuk bersosialisasi dengan tetangga atau masyarakat di sekitarnya, sehingga mahasiswa yang tinggal desa tersebut mampu memberikan suasana guyub rukun di desanya. Sementara apabila remaja desa kurang memiliki kompetensi interpersonal, maka akan sering terjadi kesalahpahaman apabila mahasiswa tersebut berkomunikasi dengan masyarakat setempat.
Menurut Nashori, kompetensi interpersonal mahasiswa bisa mendapatkan pengaruh dari banyak faktor. Di antara faktor yang andil turut andil dalam memengaruhi kompetensi interpersonal mahasiswa ialah kegiatan dan kekikutsertaan sosial yang dilaksanakan. Partisipasi mahasiswa bermacam aktivitas yang dilaksanakan secara kolektif dengan pihak lain dan rutinitas guna hidup kolektif dan memperluas hubungan yang hangat akan membuat kompetensi interpersonal mahasiswa jadi tumbuh ; .
Nashori menjelaskan bahwa mahasiswa bisa menggunakan bermacam-macam bentuk aktivitas organisasi mahasiswa yang ada di perguruan tinggi guna melatih diri mahasiswa hidup kolektif dan memperluas interaksi yang erat dan hangat dengan pihak lain. Peluang untuk memperluas dan menumbuhkan interaksi yang hangat dan erat dengan pihak lain bisa didapat di antaranya melalui kegitan di keorganisasian mahasiswa.
Priambodo menyebutkan bahwa mahasiswa yang bergiatan di keorganisasian mahasiswa mempunyai kecenderungan suka berpartisipasi dalam penyelenggaraan bermacam kegiatan maupun program yang diselenggarakan oleh keorganisasian mahasiswa tempat mahasiswa berorganisasi, contohnya berpartisipasi dalam kepanitiaan atau pun masuk dalam kepengurusan organisasi . Dalam melaksanakan tugas kepanitiaan panitia ataupun kepengurusan suatu organisasi, mahasiswa sering menghadapi kondisi bekerjasama dengan rekan mahasiswa. Dalam kondisi bekerjasama, mahasiswa mesti bisa beradaptasi dengan pihak lain yang ada di lingkungan organisasi tempat kerjasama itu. Di samping itu, mahasiswa mesti pula dapat menangani banyak pertentangan antar personal yang kemungkinan akan timbul pada kondisi kerjasama itu. Kemampuan beradaptasi dan untuk menangani pertentangan antar personal tersebut bisa tumbuh sejalan dengan keaktivan mahasiswa di lingkungan keorganisasian mahasiswa. Lebih jauh, keaktivan di lingkungan keorganisasian mahasiswa bisa membuat kompetensi interpersonal mahasiswa bertumbuh dan bertambah.
“Mahasiswa yang mempunyai kompetensi interpersonal yang baik dicerminkan dengan berkembangnya kemampuan untuk berinisiatif dalam mengawali hubungan interpersonal, kemampuan untuk membuka diri, kemampuan untuk bersikap asertif, kemampuan untuk memberikan dukungan emosional, dan kemampuan untuk menangani konflik yang mungkin timbul dalam situasi interpersonal”. Lewat bermacam-macam pengalaman yang didapat mahasiswa sejalan dengan keaktivannya dalam keorganisasian mahasiswa, kompetensi-kompetensi itu bisa semakin ditumbuhkembangkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Lestari menyebutkan bahwa hasil analisa Inventori Kebutuhan dan Masalah Siswa (IKMS) di SMA N 1 Rembang memperlihatkan hasil dari 49 siswa ada 21 siswa yang memilih butir pernyataan “bingung menentukan sikap ketika berbeda pendapat dengan orang tua”. Apabila diprosentasekan maka siswa yang merasakan permasalahan ini sebesar 53,8%. Berdasarkan data tersebut bisa diketahui bahwa ternyata remaja mempunyai hambatan dalam mengemukakan pendapatnya dengan orang tuanya masing-masing. Hal tersebut berarti lebih banyak remaja yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang kurang baik, sehingga mereka kurang mampu berkomunikasi atau mengemukakan pendapat, bahkan dengan orangtua mereka sendiri.
Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Suhanti, Puspitasari, dan Noorizki membuktikan bahwa rata-rata mahasiswa dari 3 fakultas Universitas Negeri Malang kurang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Rata-rata mahasiswa tersebut tidak mampu menerjemahkan isi pesan yang akan dikirim dan diterima, kurang dapat beradaptasi dengan lawan bicara dan konteks komunikasi, mempunyai hambatan dalam mengelola emosi dan membuat kalimat, dan memahami etika dan aturan yang ada, tetapi merasa tidak membutuhkan hal tersebut saat teman bicara memahami maksud komunikasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Yaqin, Santoso, dan Sohidin yang menggunakan 246 mahasiswa pendidikan akuntansi UNS membuktikan bahwa ada hubungan antara keaktivan berorganisasi terhadap kompetensi interpersonal . Begitupula dengan studi yang dijalankan Yuliasari yang menggunakan 152 mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Lampung. Penelitian tersebut juga membuktikan adanya pengaruh keaktifan berorganisasi dengan kemampuan komunikasi interpersonal.
Desa Trompo Asri Jabon Sidoarjo merupakan salah satu desa yang padat penduduk. Di antara penduduk tersebut terdapat sejumlah mahasiswa yang berusia antara 18 – 24 tahun. Dari keseluruhan mahasiswa tersebut, hanya beberapa saja yang mengikuti kegiatan karangtaruna desa dengan aktif, sebagian lain ada mahasiswa yang hanya sekedar menghadiri pertemuan karangtaruna, dan sebagian lain tidak aktif dalam kegiatan karangtaruna sama sekali. Padahal menurut beberapa penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya keaktifan berorganisasi dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi interpersonal. Hal ini diperkuat peneliti saat melakukan Di lapangan, peneliti melakukan wawancara singkat dengan dua orang mahasiswa yang tinggal di Desa Trompoasri. Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa masih ada mahasiswa di desa tersebut yang belum mampu menyampaikan pendapat saat ada pertemuan organisasi di desa atau karangtaruna. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan kedua mahasiswa di Desa Trompo Asri Jabon Sidoarjo:
“Saya kalau di karangtaruna jarang berpendapat karena takut pendapat saya salah dan dihujat oleh anggota karangtaruna yang lain.” (D, 19 tahun, Mahasiswa di Desa Trompo Asri Jabon Sidoarjo).
“Saya orangnya mengikuti pendapat terbanyak saja, mbak. Di karangtaruna kalau disuruh mengemukakan pendapat, ya saya mengikuti yang paling banyak disarankan. Lagian kalau pendapat saya beda, saya malu untuk mengemukakannya di depan banyak orang.” (J, 21 tahun, Mahasiswa di Desa Trompo Asri Jabon Sidoarjo).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, diketahui bahwa masih terdapat mahasiswa yang tidak mampu mengemukakan pendapatnya di organisasi. Padahal sebagai mahasiswa, penting untuk memiliki kemampuan komunikasi interpersonal sebagai bekal untuk mendapatkan atau mendirikan suatu pekerjaan di kemudian hari.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keaktifan berorganisasi dengan kemampuan interpersonal mahasiswa di Trompo Asri Jabon Sidoarjo.
Metode Penelitian
Penelitian yang akan dijalankan ini mempergunakan pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah remaja di Desa trompo Asri Jabon Sidoarjo yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Sampel berjumlah 46 mahasiswa di Desa Trompo Asri dan diambil menggunakan teknik total sampling. Variabel penelitian ini antara lain keaktifan berorganisasi dan kemampuan interpersonal. Keaktifan berorganisasi diukur dengan skala keaktifan berorganisasi yang diadaptasi dari Leny dan Suryasa dengan jumlah 26 item yang memiliki koefisien reliabilitas internal sebesar 0,943. Sementara skala kemampuan interpersonal mengadaptasi dari Chickering and Reisser yang memiliki koefisien reliabilitas internal sebesar 0,76. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner. Data pada rsiet ini dianalisa memakai analisis korelasi yang dipergunakan untuk mencari tahu kekuatan hubungan antara kompetensi interpersonal dengan keaktifan berorganisasi.
Hasil dan Pembahasan
Sesuai dengan pengujian statistik dengan memakai Spearmans Rho dengan taraf keyakinan 95 persen didapat nilai signifikansi (2-tailed) 0,000 yang lebih kecil dibanding α=0,05. Oleh karena itu, bisa disebutkan, terdapat korelasi antara keaktifan berorganisasi dengan kemampuan interpersonal remaja. Naik turunnya keaktifan berorganisasi diikuti oleh naik turunnya kemampuan interpersonal. Jika mahasiswa memiliki keaktifan berorganisasi yang tinggi maka kemampuan interpersonal akan meningkat. Begitu juga sebaliknya, jika mahasiswa mempunyai keaftifan berorganisasi yang rendah maka kemampuan interpersonal juga akan menurun.
Keaktifan berorganisasi adalah suatu kecakapan individu yang ada dilingkungan sekitar. Keaktifan berorganisasi tinggi atau rendah akan menentukan kemampuan interpersonal. Kecenderungan sesorang untuk memiliki kemampuan interpersonal ditentukan oleh keaktifan berorganisasi.
Penelitian Leny dan Suyasa menyatakan ada korelasi positif yang nyata antara keaktifan berorganisasi dengan kompetensi interpersonal. Keaktifan berorganisasi yang tinggi akan diikut oleh rendahnya kompetensi interpersonal. Sesuai dengan hasil empiris, pengujian statistik dan hasil teoritis serta riset sebelumnya, bisa diketahui bahwa terdapatnya korelasi antara keaktifan berorganisasi dan kompeetensi interpersonal disebabkan oleh keaktifan berporganisasi. Mahasiswa yang mampu melibatkan diri, mengenal dan dikenal, menyempatkan diri memberi arahan maupun pandangan, menanggapi permasalahan sosial, berkomunikasi, berdiskusi, dan berkoordinasi dengan teman mengenai kondisi sosial, menanggapi permasalahan sosial, mengemukakan pendapat, menggunakan sebagian besar waktu, mempunyai lebih banyak informasi tentang persoalan yang berlangsung di lingkungan sekelilingnya, berdiskusi dan memberi gagasan-gagasan, mempunyai waktu yang sedikit sekali untuk menjalankan kewajiban kulai, memberi sumbangsih, dan menyukai tantangan dan pengalaman baru, akan memiliki kecenderungan untuk memiliki kemampuan iterpersonal yang tinggi. Sementara itu, mahasiswa yang tidak aktif dalam berorganisasi akan cenderung memiliki kemampuan interpersonal yang rendah.
Mahasiswa yang aktif dalam keorganisasian mahasiswa mempunyai kecenderungan suka terlibat pada nyelenggaraa bermacam aktivitas atau program yang diselenggarakan oleh keorganisasian mahasiswa tempat mahasiswa berorganisasi, contohnya lewat kepanitiaan atau keengurusan organisasi . Saat melaksankan kewajibannya sebagai anggota panitia atau pun pengurus keorganisasian mahasiswa, mahasiswa kerap menghadapi kondisi bekerjasama dengan individu lain yaitu rekan mahasiwa. Pada kondisi bekerjasama, mahasiswa mesti sanggup beradaptasi dengan individu lain yang ada pada lingkungan kerjasama itu. Di samping itu, mahasiswa mesti pula sanggup menyelesaikan bermacam pertentangan antarpersonal atau antar individu yang kemungkinan timbul dalam kondisi bekerjasama tersebut. Kecakapan atau kemampuan dalam beradaptasi dan untuk menganai peretangan antarindividu ini bisa tumbuh berkembang sejalan dengan aktivitas mahasiswa di dalam keorganisasian mahasiswa . Lebih lanjut, keaktivan di dalam keorganisasian mahasiswa bisa menambah kompetensi interpersonal mahasiswa .
Pengalaman beaktivitas di dalam keorganisasian mahasiswa dapat membuat mahasiswa terlatih untuk lebih berani mengambil keputusan. Keberanian dalam bertindak dan membuat keputusan tersebut bisa menaikkan rasa percaya diri mahasiswa. Pada kondisi interpersonal, keberanian untuk bertindak dan membuat keputusan serta kepercayaan diri ini mengarahkan mahasiswa pada kecakapan dalam berinisiatif membina hubungan interpersonal dengan individu lain. .
Sementara itu mahasiswa yang melibatkan diri utnuk menjadi pengurus organisasi memiliki keberanian untuk mebuat keputusan atau betindak ini bisa menaikkan rasa percaya diri mahasiswa . Dengan adanya kepercayaan diri yang baik, mahasiswa akan memiliki kemampuan interpersonal yang baik. Misalnya saat ada acara organisasi, mahasiswa ingin menjadi ketua acara tersebut. Dengan menjadi ketua acara, mahasiswa akan dituntut untuk memiliki kepercayaan diri, memimpin, berkomunikasi dengan baik, serta menjalin hubungan interpersonal yang baik. Sehingga akan meningkatkan kemampuan interpersonal yang tinggi.
Sedangkan mahasiswa yang mengenal dan dikenal di berbagai lembaga organisasi memiliki keberanian untuk membuat keputusan dan bertindak ini bisa menambah rasa percaya diri mahasiswa . Dengan adanya kepercayaan diri yang baik, mahasiswa akan memiliki kemampuan interpersonal yang baik. Misalnya organisasi, yang diikuti oleh mahasiswa membutuhkan bantuan dari lembaga organisasi lain, maka mahasiswa akan dengan mudah memperoleh bantuan dari pihak organisasi lain karena mahasiswa tersebut telah dikenal dan mengenal pihak organisasi lain. Sehingga akan meningkatkan kemampuan interpersonal yang tinggi.
Mahasiswa yang menyempatkan diri ke sekretariat memiliki rasa solidaritas serta komitmen yang tinggi. Dengan rasa solidaritas dan komitmen yang tinggi, makakemampuan interpersonal akan mengingkat. Misalnya perkuliahan sedang banyak tugas, sedangkan di organisasi juga akan ada event yang membutuhkan anggota yang dapat membantu menyelesaikan persiapan acara. Tapi mahasiswa tersebut tetap mendatangi sekretariat organisasi untuk menyempatkan diri sedikit membantu penyelesaian persiapan acara. Hal ini akan meningkatkan kemampuan interpersonal yang tinggi.
Mahasiswa yang memberikan arahan dan pandangan memiliki kemampuan untuk memilih strategi. Dengan mengemukakan arahan dan pandangan demi memajukan organisasi, maka mahasiswa tersebut terbiasa memilih strategi. Hal ini akan meningkatkan kemampuan interpersonal yang tinggi.
Mahasiswa yang tanggap akan permasalahan sosial akan mampu berkomunikasi dengan efektif. Misalnya pada saat ada suatu fenomena sosial, kemudian organisasi berniat untuk membahas fenomena sosial tersebut. Maka mahasiswa yang tanggap akan permasalahan sosial tersebut akan memiliki lebih banyak pengetahuan dan informasi mengenai permasalahan sosial tersebut. Sehingga komunikasi dengan orang lain atau dengan anggota organisasi akan lebih efektif. Hal ini akan meningkatkan kemampuan interpersonal yang tinggi.
Mahasiswa yang lebih banyak berinteraksi dengan teman mengenai organisasi akan memiliki kerjasama yang tinggi. Semakin banyak hal yang dibahas dengan teman satu organisasi, maka semakin paham dengan permasalahan organisasi. Sehingga akan meningkatkan pengetahuan dan informasi seputar organisasi. Hal ini akan meningkatkan kemampuan interpersonal yang tinggi.
Mahasiswa yang lebih banyak memberikan pendapat saat pertemuan organisasi akan memiliki kerjasama yang tinggi. Semakin banyak pendapat yang diberikan, maka semakin banyak kontibusi terhadap organisasi. Sehingga kerja sama akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan kemampuan interpersonal yang tinggi.
Mahasiswa yang menghabiskan sebagian besar waktu untuk kegiatan organisasi akan memiliki kerjasama yang tinggi. Semakin banyak waktu yang diberikan, maka semakin banyak kontibusi terhadap organisasi. Sehingga kerja sama akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan kemampuan interpersonal yang tinggi.
Mahasiswa yang menmemiliki banyak informasi mengenai masalah di sekitar akan memiliki kemampuan mendengarkan yang tinggi. Semakin banyak informasi mengenai masalah di sekitar, maka semakin tinggi kemampuan mendengarkan yang dimiliki oleh mahasiswa. Hal ini akan meningkatkan kemampuan interpersonal yang tinggi.
Mahasiswa yang banyak mendiskusikan dan memberikan ide akan memiliki kemampuan kerjasama yang tinggi. Semakin banyak memberikan ide, maka semakin banyak memberikan kontribusi terhadap organisasi. Sehingga kerjasama akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan kemampuan interpersonal yang tinggi.
Mahasiswa yang memiliki waktu perkuliahan yang terbatas akan memiliki kemampuan kerjasama yang tinggi. Semakin banyak waktu yang diberikan untuk organisasi maka kerja sama untuk organisasi akan meingkat. Hal ini akan meningkatkan kemampuan interpersonal yang tinggi.
Mahasiswa yang memiliki kontribusi yang tinggi terhadap organisasi akan memiliki kemampuan kerjasama yang tinggi. Hal ini akan meningkatkan kemampuan interpersonal yang tinggi.
Mahasiswa yang memiliki menyukai tantangan dan pengalaman akan memiliki kemampuan untuk memilih strategi yang baik untuk memajukan organisasi. Hal ini akan meningkatkan kemampuan interpersonal yang tinggi.
Hasil riset ini menyebutkan bahwa terdapat 18 orang (39,1%) mempunyai keaktifan berorganisasi yang pasif. Sedangkan responden yang berkategori keaktifan berorganisasi aktif terdapat 28 orang (60,9%). Jumlah responden dengan keaktifan berorganisasi kategori aktif lebih besar dibandingkan dengan jumlah responden dengan keaktifan berorganisasi yang pasif. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa dalam penelitian ini memiliki kecenderungan aktif dalam berorganisasi.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat 1 orang (2,2%) memiliki kemampuan interpersonal sangat kurang dari keseluruhan jumlah sampel. Sementara responden dengan kategori kemampuan interpersonal kurang ada 16 orang (34,8%), dan baik 29 orang (63%). Jumlah kemampuan interpersonal dengan kategori baik lebih besar dibandingkan dengan jumlah kemampuan interpersonal yang sangat kurang dan kurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa dalam penelitian ini memiliki kecenderungan memiliki kemampuan interpersonal baik.
Riset ini memiliki keterbatasan mengingat keterbatasan tenaga dan waktu yang membuat riset ini tidak mampu dijalankan dengan maksimal. Keterbatasan lain pada studi ini ialah terbatasnya jumlah sampel yang bisa memberikan pengaruh pada hasil uji statistik. Selain itu adanya keterbatasan variabel independen sebagai penentu variabel dependen. Dalam penelitian ini hanya ada satu variabel independen, yakni keaktifan berorganisasi.
Simpulan
Sesuai dengan paparan hasil penelitian, bisa ditarik simpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keaktifan berorganisasi dengan kemampuan interpersonal pada mahasiswa di Desa Trompo Asri. Keaktifan berorganisasi mahasiswa yang meningkat akan berdampak pada peningkatan kemampuan interpersonal, begitu pula dengan adanya penurunan keaktifan berorganisasi akan mengakibatkan terjadinya peningkatan kemampuan interpersonal. Keaktifan berorganisasi mahasiswa di Desa Trompo Asri tergolong aktif, sementara kemampuan interpersonal mahasiswa di Desa Trompo Asri tergolong baik.
Hasil penelitian ini bisa menjadi acuan pengetahuan mahasiswa untuk melakukan pengukuran taraf keaktifan berorganisasi yang dimiliki mahasiswa serta kemampuan interpersonal, mengingat kemampuan interpersonal masih tergolong sedang, sehingga dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan keaktifan berorganisasi agar mampu meningkatkan kemampuan interpersonaltersebut.
Hasil penelitian ini bisa menjadi referensi bagi upaya peningkatan keaktifan berorganisasi di kalangan mahasiswa dan kemampuan interpersonal mengingat keaktifan berorganisasi masih tergolong sedang sehingga dapat sewaktu-waktu dapat menurun karena beberapa faktor. Untuk meningkatkan keaktifan berorganisasi dapat dilakukan dengan cara mengadakan event-event organisasi mahasiswa.
Mengingat jumlah sampel penelitian ini terbatas, maka peneliti berikutnya disarankan agar melakukan penelitian dengan menambah total sampel agar dapat menghasilkan hasil yang maksimal. Selain itu variabel independen penelitian ini hanya satu, yakni keaktifan berorganisasi, sedangkan masih banyak faktor lain yang diduga dapat berpengaruh terhadap kemampuan interpersonal seperti konsep diri, pendidikan, dan lain-lain.
References
- F. Nashori, “Hubungan antara Konsep Diri dengan Kompetensi Interpersonal Mahasiswa,” Indonesian Psychological Journal, vol. 16, no. 1, pp. 32-40, 2000.
- J. L. Mahoney dan R. B. Cairns, “Do Extracurricular Activities Protect Against Early School Dropout?,” Developmental Psychology, vol. 33, no. 2, pp. 241-253, 1997.
- J. L. Mahoney, B. D. Cairns dan T. W. Farmer, “Promoting Interpersonal Competence and Educational Success Through Extracurricular Activity Participation,” Journal of Educational Psychology, vol. 95, no. 2, 2003.
- Leny dan P. T. Y. S. Suyasa, “Keaktifan Berorganisasi dan Kompetensi Interpersonal,” Jurnal Phronesis, vol. 8, no. 1, pp. 71-99, 2006.
- Buhrmester, Furman, Wittenberg dan Reis, “Five Domains of Interpersonal Competence in Peer Relationships,” Journal of Personality and Social Psychology, vol. 55, no. 6, pp. 991-1008, 1988.
- F. M. Lestari, “Keefektifan Teknik Role-Play untuk Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Remaja (Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Rembang Tahun Ajaran 2014/2015),” Tesis Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Pendidikan Indonesia, 2015.
- I. Y. Suhanti, D. N. Puspitasari dan R. D. Noorrizki, “Keterampilan komunikasi Interpersonal Mahasiswa UM,” dalam Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis, 2018.
- I. U. A. Yaqin, S. Santoso dan Sohidin, “Pengaruh Keaktifan Berorganisasi terhadap Kompetensi Interpersonal Mahasiswa Pendidikan Akuntansi FKIP UNS Tahun 2016,” Jurnal "Tata Arta" UNS, vol. 2, no. 2, pp. 171-189, 2016.
- A. Yuliasari, “Hubungan keaktifan berorganisasi terhadap kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung,” Skripsi, Universitas Lampung, 2018.
- M. Idrus, “Kompetensi Interpersonal Mahasiswa,” UNISIA, vol. 32, no. 72, pp. 171-184, 2009.