Abstract
This study aims to determine the relationship between self-concept with academic procrastination. The hypothesis of this study stated that there is a negative correlation between self-concept with academic procrastination, assuming the higher self-concept, the lower the academic procrastination and conversely the lower self-concept, the higher academic procrastination. The research subjects were 124 fifth semester students of psychology faculty at university X of medan city selected by purposive sampling method. Data were obtained from a scale to measure self-concept and academic procrastination. The calculation was performed by means of testing requirements analysis (assumption) that consists of a test for normality and linearity test for relationships. The Analysis of the data was performed by Product Moment Correlation with SPSS 17 for Windows. The results of data analysis showed that the coefficient was -0.454 and p 0.000 (p <0.05). It showed that there is a negative correlation between self-concept and academic procrastination. These results indicate that the contribution given to academic procrastination by self concept variable was 20.7 percent and the remaining 79.3 percent is influenced by other factors such as self regulated learning and self efficacy. From the results, this study showed that the hypothesis is accepted that there is a negative relationship between self-concept with academic procrastination.
Introduction
Salah satu tempat dimana pendidikan diberikan secara formal adalah Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi merupakan jenjang tertinggi yang terdapat di dalam pendidikan formal. Lulusan perguruan tinggi diharapkan dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang memiliki kemampuan untuk dapat mengembangkan ilmu dan profesional sesuai denganjenjang pendidikan ini sangat berpengaruh terhadap kualitas diri seseorang terutama dalam hal untuk berpengaruh terhadap kualitas diri seseorang terutama dalam hal untuk mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut disebabkan karena melalui pendidikan, seseorang akan mampu meningkatkan kualitas dirinya melalui gelar sarjana yang akan diperoleh di Perguruan Tinggi (Pidarta, 2009).
Menyandang gelar sarjana bagi mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus sebagai suatu tantangan dan tanggung jawab baginya, karena mahasiswa merupakan generasi muda yang diharapkan akan menjadi penerus kemajuan bangsa.Tetapi pada kenyataannya masih banyak mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dengan cara menunda-nunda waktu pengerjaannya.
Perilaku dalam menunda-nunda mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas seperti ini, dalam kajian psikologi disebut dengan istilah “Prokrastinasi”.Ghufron dan Risnawati (2016), mengemukakan bahwa prokrastinasi dapat dikatakan sebagai salah satu perilaku yang tidak efisien dalam menggunakan waktu dan adanya kecenderungan untuk tidak segera memulai suatu pekerjaan ketika menghadapi suatu tugas.Ferrari dkk., (dalam Ghufron & Risnawati, 2016), membagi prokrastinasi menjadi dua jenis, yaitu Prokrastinasi bertujuan (Functional Procrastination) dan Prokrastinasi tanpa tujuan (Dysfuctional Procrastination).
Menurut Ferrari dkk., (dalam Valentini & Nisfiannor, 2006), prokrastinasi akademik merupakan jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik.
Prokrastinasi bertujuan (Functional Procrastination) ialah prokrastinasi yang dilakukan dalam mengerjakan tugas, yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan akurat. Prokrastinasi yang demikian ini dapat berdampak positif bagi individu yang melakukannya, sedangkan prokrastinasi tanpa tujuan (Dysfuctional Procrastination), ialah suatu penundaanyang dilakukan tidak bertujuan dan berakibat buruk terhadap performasi individu serta menimbulkan masalah.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prokrastinasi akademik adalah konsep diri, dibuktikan melalui Penelitian yang dilakukan oleh Carolina dkk., (2016), terhadap 393 Siswa SMP Negeri di Kota Malang,, menyatakan bahwa adanya hubungan negatif antara konsep diri dengan prokrastinasi akademik. Artinya semakin baik konsep diri yang dimiliki seseorang, maka akan semakin rendah keinginan untuk melakukan prokrastinasi akademik, sebaliknya semakin rendah konsep diri yang dimiliki seseorang, maka keinginan untuk melakukan prokrastinasi akademik akan semakin meningkat.
Stuart dan Sudeen (dalam Muhith, 2015), mengatakan bahwa konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Wigfield dan Karpathin (dalam Potter & Perry, 2005).Cawages (dalam Desmita, 2016), menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, dan kegagalannya.
Konsep diri yang baik/positif, akan membuat seseorang bersifat optimis, berani mencoba hal-hal baru, penuh percaya diri, antusias, merasa diri berharga, serta bersikap dan berpikir secara positif. Sebaliknya, semakin buruk atau negatif konsep diri, maka akan semakin sulit seseorang untuk berhasil. Sebab, dengan konsep diri yang buruk/negatif akan mengakibatkan tumbuh rasa tidak percaya diri, takut gagal sehingga tidak berani mencoba hal-hal baru dan menantang, merasa diri bodoh, rendah diri merasa tidak berguna, pesimis, serta berbagai perasaan dan perilaku inferior lainnya (Desmita, 2016).
Berdasarkan kajian dan beberapa hasil penelitian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “ Prokrastinasi Akademik ditinjau dari Konsep Diri pada Mahasiswa di Fakultas Psikologi di salah satu Universitas di kota Medan”
Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini populasi yang hendak diteliti adalah mahasiswa fakultas Psikologi semester V Universitas X di Kota Medan yang berjumlah 190 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunaka tabel penentuan jumlah sampel menurut Isaac dan Michael dengan taraf signifikansi kesalahan sebesar 5 persen dari total populasi 190 adalah 124 mahasiswa. Data dikumpulkan melalui instrumen skala yang berupa angket. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif karena berkaitan dengan uji hipotesis, dan teknik statistik yang digunakan adalah analisas korelasi Product Moment (Pearson Correlation).
Results
Setelah uji asumsi di terima selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara konsep diri dan prokrastinasi akademik. Berdasarkan tujuan penelitian maka dilakukan uji Product Moment (PearsonCorrelation).Hasil uji statistik dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2.
Korelasi Antara VB dengan VT
Berdasarkan hasil analisis korelasi antara prokrastinasi akademik dengankonsep diri, diperoleh koefisien korelasi product moment sebesar -0.454 dengan p sebesar 0,000 (p < 0,05).
Sumbangan efektif dapat dilihat dari tabel R square sebesar 0,207. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa 20,7 persen konsep diri mempengaruhi prokrastinasi akademik. Berikut ini adalahtabel sumbangan efektif yang dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3.
umbangan Efektif
Berdasarkan tabel 3 model Summary Sumbangan Efektif diatas, dapat disimpulkan dalam penelitian ini diperoleh koefisien determinasi R Square (R2) sebesar 0.207. berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa sumbangan 20.7 persen konsep diri mempengaruhi prokrastinasi akademik.
Discussion
Hasil penelitian pada 124 mahasiswa Semester V Fakultas Psikologi Universitas X di Kota Medan yang menjadi subjek penelitian diperoleh bahwa ada hubungan negatif antara konsep diri dengan prokrastinasi akademik dengan koefisien korelasi Product Moment sebesar r = -0,454 dan nilai p sebesar 0,000, artinya semakin tinggi konsep diri maka semakin rendah prokrastinasi akademik dan sebaliknya semakin rendah konsep diri maka semakin tinggi prokrastinasi akademik.
Hasil penelitian tersebut, sejalan dengan penelitian penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli, yaitu Aitken (dalam Ferrari dkk., 1995), menemukan bahwa adanya korelasi negatif antara konsep diri yang negatif dengan prokrastinasi akademik. Hal tersebut mengungkapkan bahwa orang yang suka menunda-nunda pekerjaan merupakan orang yang memiliki konsep diri yang negatif. Pendapat tersebut dikuatkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Emadian dan Pasha, (2016), terhadap 278 siswa sekolah menengah di zona Bandpay Timur Babol, hasil pengolahan data memperlihatkan koefisien nilai (r = -278) dan nilai p adalah 0,000 (p < 0,01) artinya terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara konsep diri dengan prokrastinasi akademik pada siswa sekolah menengah di Zona Bandpay Timur Babol.
Penelitian yang juga dilakukan oleh Handayani dan Suharnan, (2012), dalam penelitiannya terhadap 337 Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardana hasil pengolahan data menunjukkan bahwa koefisien nilai (r = -0.348) dan p = 0,000 (p < 0,01) artinya terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara konsep diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Universitas Wisnuwardana. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketika seorang individu memiliki konsep diri yang baik, maka akan tercermin pada keinginan untuk berprokrastinasi akademik yang semakin menurun atau bahkan tidak melakukannya sama sekali.
Pada penelitian ini diperoleh koefisien determinasi R Square (R²) sebesar 207 persen. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa 20.7 persen konsep diri mempengaruhi prokrastinasi akademik pada mahasiswa Semester V Fakultas Psikologi Universitas X di Kota Medan sedangkan 79.3 persen dipengaruhi oleh faktor lain. Adapun faktor lain yang turut mempengaruhi prokrastinasi akademik diantaranya seperti Self regulated learning dan Self efficacy.
Ferrari (1995) juga mengungkapkan aspek-aspek prokrastinasi akademik diantaranya adalah melakukan aktifitas yang lebih menyenangkan, peneliti menemukan pernyataan yang sesuai dengan salah satu aspek dari prokrastinasi akademik pada mahasiswa Semester V Fakultas Psikologi Universitas X di Kota Medan. Mahasiswa sering melakukan berbagai kegiatan dan aktifitas yang menurut mereka lebih menyenangkan bersama dengan teman-teman akan mengerjakan tugas akademik ketika mereka memiliki mood yang baik. Kategorisasi pada data prokrastinasi akademik yang dimiliki oleh mahasiswa semester V Fakultas Psikologi Universitas X di Kota Medan adalah 4.84 persen mahasiswa dengan prokrastinasi akademik rendah, 91.94 persen mahasiswa dengan kategori sedang, dan 3.22 persen mahasiswa dengan kategori prokrastinasi akademik tinggi.
Selanjutnya pada aspek keterlambatan dalam mengerjakan tugas mahasiswa seringkali lalai dalam mengerjakan tugas akademik yang berakibat pada terjadinya keterlambatan dalam pengerjaan tugas tersebut dan terburu-buru yang berdampak pada pengerjaan yang tidak maksimal. Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Semester V Fakultas Psikologi Universitas X di Kota Medan memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang sedang dengan persentase 91.94 persen dikarenakan subjek cenderung melakukan aktifitas-aktifitas atau kegiatan–kegiatan yang lebih menyenangkan bersama teman-temannya yang tentunya perilaku tersebut juga berdampak pada keterlambatan dalam mengerjkan tugas-tugas akademik yang berdampak pada pengerjaan tugas yang tidak maksimal dan mahasiswa yang berada pada kategori prokrastinasi akademik sedang berjumlah 114 mahasiswa.
Mahasiswa yang memiliki tingkat prokrastinasi akademik rendah sebesar 4.84 persen dikarenkan subjek sangat enggan untuk melakukan prokrastinasi karena takut tugas semakin lama akan semakin banyak dan cenderung langsung mengerjakan tugas dengan segera yang bertujuan untuk pencapaian yang lebih maksimal, jumlah mahaiswa yang berada pada kategori ini berjumlah 6 mahasiswa.
Pada persentase prokrastinasi akademik tinggi berkisar 3.22 persen dengan jumlah subjek sebanyak 4 mahasiswa yang memiliki prokrastinasi akademik tinggi dikarenakan subjek merasa malas dan bosan untuk mengerjakan tugas-tugas yang terkadang terlalu banyak dan lebih memilih untuk berpergian dengan teman-temannya sehingga subjek terkadang lupa terhadap tugas yang dimilikinya.
Kategorisasi data konsep diri pada mahasiswa semester V Fakultas Psikologi Universitas X di Kota Medan adalah 0.80 persen mahasiswa dengan tingkat kategori rendah, 68.55 persen mahasiswa dengan kategori sedang, dan 30.65 persen mahasiswa dengan kategori konsep diri tinggi. Berdasarkan data tersebut, maka hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata mahasiswa semester V Fakultas Psikologi Universitas X di Kota Medan memiliki konsep diri dengan tingkat sedang.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap mahasiswa semester V Fakultas Psikologi Universitas X di Kota Medan menunjukkan konsep diri dengan persentase rendah yaitu sebesar 0.80 persen dapat dilihat dari aspek real self image dan physical self image, hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dan observasi terhadap mahasiswa, subjek menyatakan bahwa dukungan dari orang tua dan teman terdekat tidak sesuai dengan ekspektasinya dimana subjek membutuhkan perhatian dan dukungan khususnya dari orang tua terutama dukungan dalam bidang pendidikan dan hal tersbut mengakibatkan subjek terkadang merasa bahwa dirinya tidak penting dan berarti dilingkungan sosialnya khususnya bagi kedua orang tuanya, disamping itu penampilan dan bentuk tubuh mereka juga sangat berpengaruh dalam beriteraksi dengan orang baru yang memiliki bentuk tubuh dan penampilan yang lebih baik dari mereka. Terkadang subjek merasa tidak percaya diri ketika harus berinteraksi dengan orang lain yang belum mereka kenal sebelumnya.
Hasil wawancara pada kategori sedang yaitu 68.55 persen juga terlihat dari aspek physical self image. Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa mahaiswa semester V Fakultas Psikologi di Universitas X di kota Medan menyatakan bahwa subjek sangat memperhatikan penampilannya setiap hari khususnya pada saat pergi ke kampus dan juga ke tempat-tempat perbelanjaan/mall, karena dengan penampilan yang rapi dan menarik akan dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka pada saat berinteraksi dengan teman, dosen maupun orang-orang di sekitarnya.
Persentase tertinggi yaitu sebesar 30.65 persen terlihat dari aspek Ideal self image. Berdasarkan hasil wawancara bahwa subjek dalam menjalani proses pendidikan di perguruan tinggi sangat antusias dalam mendapatkan gelar kesarjanaan dikarenakan adanya suatu motivasi yang timbul dari lingkungan sosialnya khususnya dalam keluarga subjek mengatakan memiliki keinginan agar dapat lebih baik dan maju dibandingkan dengan keluarga yang lainnya yang telah mendapatkan gelar lebih dulu seperti terinspirasi dari Ayah, Ibu, Kakak dan keluarga lainnya yang semuanya itu tentunya meningkatkan keinginan untuk bersaing dalam memeperoleh gelar kesarjanaan dan pekerjaan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa penundaan terhadap pengerjaan tugas dan tanggung jawab akan berdampak negatif pada diri sendiri khususnya dalam proses pengerjaan tugas tersebut tidak akan dapat maksimal dan cenderung terburu-buru maka dari itu sangat penting bagi kita untuk dapat me manage antara waktu untuk bermain dan waktu untuk mengerjakan tugas untuk mecapai keseimbangan. Dukungan dari lingkungan sosial juga sangat penting bagi individu untuk dapat meningkatkan konsep diri yang positif/baik karena dengan konsep diri yang baik/positif, akan dapat membuat seseorang menjadi pribadi yang optimis, percaya diri, mampu berpikir positif yang tentunya itu dapat mengurangi intensitas untuk berprokrastinasi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif antara konsep diri dengan prokrastinasi akademik. Artinya, apabila konsep diri seseorang baik/tinggi maka perilaku prokrastinasi akademik akan semakin rendah. Sebaliknya, apabila konsep dirinya rendah maka keinginan untuk berprokrastinasi akademik akan semakin tinggi.
Conclusion
Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Ada hubungan negatif antara konsep diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Semester V Fakultas Psikologi Universitas X di Kota Medan yang artinya semakin tinggi konsep diri seseorang maka semakin rendah prokrastinasi akademik dan sebaliknya jika semakin rendah konsep diri maka semakin tinggi prokrastinasi akademik.
Mean dari prokrastinasi akademik pada subjek penelitian mahasiswa Semester V Fakultas Psikologi Universitas X di Kota Medan secara keseluruhan menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik subjek penelitian lebih rendah daripada populasi pada umumnya. Mean dari konsep diri pada subjek penelitian mahasiswa Semester V Fakultas Psikologi Universitas X di Kota Medan secara keseluruhan menunjukkan bahwa konsep diri subjek penelitian lebih tinggi daripada populasi pada umumnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sumbangan efektif yang diberikan variabel konsep diri terhadap prokrastinasi akademik adalah dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti seperti Self regulated learning dan Self efficacy.
References
- Burns, R., B., Konsep Diri. Terjemahan Edi dari Self Concept,. Jakarta:Liberty; 1993.
- Carolina, L.,, K Rahmawati, H.,, Dany, M., H., Hubungan Antara Konsep Diri Akademik, Efikasi Diri Akademik, Harga Diri Dan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Smp Negeri Di Kota Malang.. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling. 2016; 1(2)
- Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.. Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA; 2016.
- J Ferarri,, Mcgown. Procrastination And Task Avoidance Theory, Research, and Treatment. 1995.
- GhufronRisnawati. Teori-Teori Psikologi.. Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA.; 2016.
- I Handayani, S., W., R.,, Suharnan Konsep diri, Stres dan Prokrastinasi Akademik. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia. 2012; 1
- A Muhith,, Pendidikan Keperawatan Jiwa.. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET; 2015.
- M. Pidarta,, Landasan Kependidikan. Jakarta:Rineka Cipta; 2009.
- PotterPerry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.. Jakarta:EGC; 2005.