Abstract
This study aims to determine the effectiveness of giving economic tokens to improve the academic self-concept of mentally retarded students. The design of this study is multiple-baseline design across the subject that is all research subjects get the same intervention as before it has been ascertained that the research subjects have the same characteristics according to the research objectives. Research participants were 2 people. Data collection techniques in this study used a scale of academic self-concept, observation, and interviews. The results showed that the administration of economic tokens was effective in improving the academic self-concept of retarded students with a significance result of 0.041 <0.05.
Introduction
Anak dengan tunagrahita atau yang dikenal dengan tuna grahita di Indonesia adalah anak yang memiliki keterbatasan yang signifikan dalam berfungsi baik secara intelektual maupun perilaku adaptif yang terwujud melalui kemampuan adaptif konseptual, sosial dan praktikal (AAMR atau American Association on Tunagrahita dalam Mangunsong, 2009).Prevalensi tunagrahita di Indonesia saat ini diperkirakan 1-3% dari jumlah penduduk Indonesia. Menurut hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilaksanakan Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, sekitar 402.817 orang penyandang tunagrahitasedangkan jumlah penyandang tunagrahita di Kota Surabaya menurut hasil pendataan Dinas Sosial Kota Surabaya pada tahun 2013, terdapat 1.479 orang yang mengalami tunagrahita.
Hallahan dan Kauffman (2006) menyatakan anak tunagrahita memiliki banyak permasalahan antara lain ketidakmampuan konseptual, ketidakmampuan sosial, dan ketidakmampuan praktis. Salah satu ketidakmampuan anak tunagrahitaadalah ketidakmampuan sosial sehingga membentuk harga diri yang rendah. Ia juga mudah percaya dan mengikuti apa yang dilakukan oeang lain.Selain itu, anak tunagrahita juga kesulitan untuk mengikuti pelajaran sehari-hari di sekolah. Ia memerlukan bimbingan dan pengulangan agar memahami apa yang diajarkan oleh guru. Tidak jarang anak tunagrahita mendapat nilai di bawah rata-rata yang berdampak pada kepercayaan dirinya dan bagaimana ia membentuk konsep dirinya sendiri.
Konsep diri akademik adalah persepsi diri seseorang mengenai kompetensi dan keterkaitan dalam evaluasi dirinya sendiri pada ranah akademis (Phye, 1997). Marsh (2003) mengungkapkan bahwa konsep diri akademis dapat membuat individu menjadi lebih percaya diri dan merasa yakin akan kemampuan mereka karena sebenarnya konsep diri akademis itu sendiri mencakup bagaimana individu bersikap, merasa, dan mengevaluasi kemampuannya.
Di dalam DSM V juga disebutkan bahwa anak tunagrahitamemerlukan dukungan orang lain untuk membantu ia baik dalam hal akademis, sosial ataupun kemampuan adaptifnya. Ia juga tidak percaya pada kemampuannya sendiri dikarenakan keterbatasan fungsi intelektual yang dimiliki sehingga berpengaruh terhadap kemampuannya memahami hal-hal yang berhubungan dengan akademis.
Dampak tunagrahitamenurut Pola Dasar Pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial DEPSOS RI (dalam Mangunsong, 2009) salah satunya adalah hambatan atau kecanggungan mental psikologis misalnya anak menjadi rendah diri atau kurang percaya diri. Begitu pula yang dikatakan dalam Sattler (2001) bahwa faktor nonkognitif seperti rendahnya motivasi dan konsep diri akademik rendah akan mengurangi performa akademik siswa tunagrahita. Akibatnya akan berpengaruh pada prestasi akademik dan proses pembelajaran siswa di sekolah.
Salah satu intervensi yang dapat digunakan untuk meningkatkan konsep diri akademik melalui cara modifikasi perilaku berupa reward, reinforcement, atau token economy (Miltenberger, 2012). Token ekonomi adalah prosedur modifikasi perilaku di mana reinforcers yang dikondisikan disebut token, digunakan untuk memperkuat perilaku yang diinginkan. Selain itu tujuan dari token ekonomi adalah mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Prosedur ini digunakan biasanya dalam program pendidikan. Penelitian menunjukkan bahwa token ekonomi dapat berhasil digunakan dengan anak-anak dan orang dewasa di berbagai treatment. (Miltenberger, 2008).
Beberapa penelitian sebelumnya juga menggunakan token economy untuk membantu meningkatkan konsep diri akademik siswa. Mirzamani, Ashoori, dan Sereshki (2011) menggunakan token ekonomi untuk meningkatkan pencapaian akademik siswa dengan intellectual disabilities. Reward yang didapat melalui token ekonomi membuat siswa menjadi lebih percaya pada kemampuannya sendiri dan berdampak pada pencapaian akademiknya. Komaria (2011) yang menggunakan token ekonomi untuk meningkatkan kedisiplinan anak dengan intellectual disabilities. Pemberian reward yang ada di dalam token ekonomi menjadikan siswa menjadi lebih percaya diri pada kemampuannya sendiri dan meningkatkan kedisiplinan anak terhadap tugas hariannya di sekolah. Hasil yang didapat menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap kepercayaan diri dan kedisiplinan terhadap tugas harian sekolah yang berdampak pada konsep diri akademik siswa.
Berdasarkan hal di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektifitas token ekonoi untuk meningkatkan konsep diri akademik siswa tunagrahita.
Metode
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian eksperimen subjek tunggal. Dalam penelitian eksperimen subjek tunggal, subjek dapat berjumlah tunggal atau lebih, Jenis penelitian ini dapat dikatakan sebagai variasi dari desain eksperimen kuasi pretest-posttest, di mana pengukuran pretest-posttest diberikan pada subjek tunggal dalam penelitian (Jackson, 2009). Tipe penelitian ini dipilih oleh penulis karena kelompok kontrol tidak memungkinkan untuk penelitian ini dan memastikan bahwa perubahan perilaku individu yang ditunjukkan terjadi karena adanya intervensi yang diberikan (Goodwin, 2010). Pada penelitian ini digunakan multiple-baseline design across subject yaitu seluruh subjek penelitian mendapatkan intervensi yang sama dengan sebelumnya telah dipastikan bahwa subjek penelitian memiliki karakteristik yang sama sesuai tujuan penelitian.
Subjek penelitian adalah 2 orang siswa kelas 2 SD di salah satu SDN Inklusi di Surabaya. Sebelumnya, diberikan tes IQ untuk memastikan siswa tergolong dalam tunagrahita. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah skala konsep diri akademik dan dilakukan evaluasi untuk mengetahui efektivitas pemberian token ekonomi dengan membandingkan hasil pretest dan posttest siswa. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik non parametrik dengan uji Wilcoxon menggunakan SPSS 16. Uji Wilcoxon merupakan uji statistik yang mirip dengan uji t-test pada kelompok independen dan menggunakan data ordinal atau interval (Jackson, 2009).
Results
Pemberian token ekonomi dilakukan selama 10 hari kemudian dilanjutkan dengan proses penyapihan selama 5 hari. Pemberian token ekonomi dilakukan secara langsung oleh peneliti. Berikut adalah hasil analisis deskriptif sebelum dan sesudah diberikannya token ekonomi menggunakan teknik Wilcoxon selama 15 hari :
Tabel 1. Data Deskriptif Kedua Subjek:
Dari hasil analisis deskriptif sebelum dan sesudah diberikannya token ekonomi yang tersaji dalam tabel 1, menunjukkan bahwa skor minimum kedua subjek sebelum diberikan intervensi adalah 15 dan setelah pemberian intervensi naik menjadi 25. Skor maksimal kedua subjek sebelum diberikan intervensi adalah 25 dan setelah pemberian intervensi naik menjadi 34. Rerata kelompok juga menunjukkan kenaikan dari 19.67 menjadi 29.40.
Selanjutnya uji hipotesis menggunakan teknik Wilcoxon didapat hasil sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil Uji Wilcoxon
Berdasarkan hasil uji menggunakan teknik Wilcoxon, diketahui bahwa nilai signifikansi ketiga variabel < 0,05, maka Ho ditolak sehingga terdapat perbedaan yang signifikan terhadap konsep diri akademik siswa tunagrahita sebelum dan sesudah diberikan token ekonomi. Hasil penelitian ini diperkuat oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pemberian token ekonomi efektif meningkatkan konsep diri akademik siswa tunagrahita.
Discussion
Mirzamani, Ashoori, dan Sereshki (2011) menggunakan token ekonomi untuk meningkatkan pencapaian akademik siswa dengan intellectual disabilities. Reward yang didapat melalui token ekonomi membuat siswa menjadi lebih percaya pada kemampuannya sendiri dan berdampak pada pencapaian akademiknya. Komaria (2011) yang menggunakan token ekonomi untuk meningkatkan kedisiplinan anak dengan intellectual disabilities. Pemberian reward yang ada di dalam token ekonomi menjadikan siswa menjadi lebih percaya diri pada kemampuannya sendiri dan meningkatkan kedisiplinan anak terhadap tugas hariannya di sekolah. Hasil yang didapat menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap kepercayaan diri dan kedisiplinan terhadap tugas harian sekolah yang berdampak pada konsep diri akademik siswa.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Fitriana, Giyono, dan Rahmayanthi (2015) yang juga menggunakan token ekonomi untuk meningkatkan kepercayaan diri anak dalam beraktivitas di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan anak lebih berani mengungkapkan pendapat dan percaya pada kemampuannya sendiri setelah diberikan sistem token ekonomi. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek dalam konsep diri akademik siswa. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Luthfa (2015) yang menggunakan token ekonomi untuk meningkatkan percaya diri anak dalam belajar matematika. Hasil yang didapat menunjukkan reward yang didapat dari token ekonomi membuat anak menjadi lebih percaya diri pada kemampuannya sehingga berpengaruh pada hasil belajar matematika anak dan konsep diri akademik anak dengan intellectual disabilities ringan.
Salah satu dampak dari intellectual disabilities menurut Mangunsong (2009) adalah menjadi kurang percaya pada kemampuannya sendiri dan lebih banyak bergantung pada orang lain terutama pada ranah akademik. Subjek tidak percaya pada kemampuannya sendiri dikarenakan keterbatasan intelektual yang dimilikinya. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek dari konsep diri akademik. Marsh (2003) menyatakan konsep diri akademik dapat membuat individu menjadi lebih percaya diri dan merasa yakin akan kemampuan mereka karena sebenarnya konsep diri akademis itu sendiri mencakup bagaimana individu bersikap, merasa, dan mengevaluasi kemampuannya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri akademik siswa antara lain komponen lingkungan rumah yang berfungsi dengan baik seperti rasa aman, konformitas, atau reward (Kaur, Rana dan Kaur, 2009). Hal yang dialami oleh Subjek adalah ia seringkali tidak mendapatkan reward atau pujian ketika ia melakukan hal yang benar sedangkan ketika ia salah ia akan dimarahi. Hal ini mempengaruhi keyakinan Subjek terhadap dirinya sendiri. Selain itu menurut Marsh (1987), perbandingan sosial antara kemampuan siswa lainnya dengan kemampuan dirinya sendiri juga dapat mempengaruhi konsep diri akademik siswa. Subjek yang belajar sepanjang hari bersama siswa regular di kelas juga berdampak pada konsep diri akademik yang dimilikinya. Subjek seringkali lebih lamban selesai mengerjakan tugas dibandingkan teman-temannya bahkan tugasnya seringkali dijadikan PR dan dikumpulkan keesokan harinya karena ia tidak bisa mengerjakannya. Hal ini dapat membuat Subjek merasa bahwa teman-temannya lebih baik darinya dan ia tidak mampu seperti teman-temannya. Subjek juga seringkali dibandingkan dengan adiknya yang memiliki perkembangan seperti anak normal lainnya. Orangtua Subjek seringkali membandingkan ia dengan adiknya dihadapan orang lain dan didengar oleh Subjek sendiri. Hal ini juga berdampak pada konsep diri akademik Subjek.
Pentingnya konsep diri akademik akan berdampak pada kepercayaan diri siswa dan hasil belajarnya di sekolah. Dengan memiliki konsep diri akademik yang positif, siswa akan semakin merasa yakin akan kemampuan dirinya sendiri dan hasil yang akan didapatnya dalam belajar (Marsh, 2003).
Conclusion
Berdasarkan hasil penelitian tentang pemberian token ekonomi untuk meningkatkan konsep diri akademik siswa tunagrahita menunjukkan bahwa ada peningkatan konsep diri akademik setelah diberikan tojen ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriana, Giyono, dan Rahmayanthi (2015) yang juga menggunakan token ekonomi untuk meningkatkan kepercayaan diri anak dalam beraktivitas di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan anak lebih berani mengungkapkan pendapat dan percaya pada kemampuannya sendiri setelah diberikan sistem token ekonomi. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek dalam konsep diri akademik siswa. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Luthfa (2015) yang menggunakan token ekonomi untuk meningkatkan percaya diri anak dalam belajar matematika. Hasil yang didapat menunjukkan reward yang didapat dari token ekonomi membuat anak menjadi lebih percaya diri pada kemampuannya sehingga berpengaruh pada hasil belajar matematika anak dan konsep diri akademik anak dengan intellectual disabilities ringan. Hal ini relevan dengan penelitian ini tentang penerapan token ekonomi terhadap konsep diri akademik pada siswa tunagrahita. Konsep diri berkaitan dengan adanya kemampuan siswa dalam melakukan hal-hal yang positif dalam melakukan banyak hal termasuk dalam kegiatan belajar mengajar. Pemberian token ekonomi tentu semakin memperkuat konsep diri pada siswa dalam berprestasi di sekolah
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13
References
- A Fitriana,, Giyono Rahmayanti, R., Penggunaan token ekonomi untuk meningkatkan percaya diri dalam beraktivitas di sekolah. Journal Universitas Lampung. 2015; 1(1):1-13.
- Goodwin, C.J., Research in psychology: Methods and design. Amerika : Wiley. 2010.
- D.P Hallahan,, J.M Kauffman,, Exceptional learners introduction to special education. New York : PEARSON; 2006.
- S.L Jackson,, Research methods and statistics: A critical thinking approach.. Belmont: Wadsworth; 2009.
- Kaur, J,., Rana, J.S.,, R Kaur,, Home environment and academic achievement as correlates of self-concept among adolescents. Stud Home Comm Sci. 2009; 1(3):13-17.
- Komaria, A., Penerapan token ekonomi untuk meningkatkan kedisiplinan terhadap tugas harian sekolah pada anak tunagrahita ringan.. Universitas Negeri Yogyakarta.. 2011.
- N.W. Luthfa,, Efektifitas teknik token ekonomi dalam meningkatkan hasil belajar matematika anak tunagrahita ringan kelas V di SDLB Muhammadiyah Golokan Gresik.. Journal UNESA. 2015; 1(1):1-7.
- F. Mangunsong,, Psikologi dan pendidikan anak bekebutuhan khusus (Jilid Kesatu).. Depok: LPSP3 Universitas Indonesia; 2009.
- H.W Marsh,, Big-fish-little-pond effect on academic self-concept. Journal of Educational Psychology. 1987; 3:280-295.
- Marsh, H.W., Areciprocal effects model of the causal ordering of academic self-concept and achievemen. NZARE AARE. 2003; 1(1):1-17.
- Miltenberger, R.G., Behaviour modifications: Principles and procedures (Fifth edition).. Belmont: Wadsworth; 2012.
- S.M Mirzamani,, M Ashoori,, N.A. Sereshki,, The effect of social and token economy reinforcements on academic achievement of students with intellectual disabilities.. Iranian J Psychiatry,. 2011; 1(6):25-30.
- G.D Phye,, Handbook of classroom assessment (Learning, achievement and adjustment).. USA: Academic Press; 1997.