Hubungan Antara Problem Focused Coping Dengan Subjective Well-Being Pada Karyawan CV
Abstract
Karyawan merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam mendukung aktifitas perusahaan. Perasaan tidak menyenangkan, emosi negatif, tidak nyaman, permasalahan kerja maupun relasi sangat bisa menghambat aktifitas kerja karyawan. Subjective well-being pada diri karyawan akan mempengaruhi banyak hal, seperti meningkatkan kesehatan fisik, tingkat kreativitas dan pemecahan masalah, mendorong perilaku pro-sosial dan meningkatkan partisipasi karyawan di tempat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Problem focused coping dengan Subjective well-being pasa karyawan. Hipotesis yang peneliti ajukan adalah adanya hubungan positif antara Problem focused coping dengan Subjective well-being pada karyawan. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 118 karyawan, teknik pengambilan sampel yang digunakan yakni Teknik Sampling Jenuh, sehingga seluruh populasi digunakan sebagai subjek. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala psikologi dengan model penskalaan Likert yaitu subjective well being (SWLS dan PANAS) dan Problem focused coping. Teknik analisis data dilakukan menggunakan metode korelasi product moment dengan bantuan program SPSS 25.0. Hasil dari penelitian ini menunjukkan korelasi positif yang sangat signifikan (rxy = 0,413; p<0,05). Hal ini menunjukkan semakin tinggi problem-focused coping maka semakin tinggi pula subjective well-being pada karyawan, dan sebaliknya
References
[2] L. Dewi and N. Nasywa, “Faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well-being,” J. Psikol. Terap. dan Pendidik., vol. 1, no. 1, pp. 54–62, 2019.
[3] A. Hogantara and D. Sintaasih, “Pengaruh tingkat kesejahteraan, kepuasan kerja, dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan aroma spa, sanur denpasar,” E-Jurnal Manaj. Univ. Udayana, pp. 336–354, 2015.
[4] G. Rahmadani and U. A. Izzati, “Hubungan antara coping dengan subjective well-being pada karyawan,” Character J. Penelit. Psikol., vol. 8, no. 2, pp. 210–224, 2021.
[5] S. . Aisiyah, “Hubungan antara coping stress dengan subjective well-being pada karyawan,” Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang, 2017.
[6] N. D. Sari, “Hubungan Antara Subjective Well-Being Dengan Perilaku Prososial Pada Remaja,” Skripsi Universitas Tarumanagara, 2019.
[7] R. Oktaviana, “Hubungan antara subjective well-being dengan self management pada ibu bekerja di rumah sakit x,” J. Ilm. PSYCHE, vol. 9, no. 2, pp. 107–116, 2015.
[8] N. hendra Sucipto, “Individual needs terhadap subjective well-being,” TAZKIYA, vol. 21, no. 1, pp. 1–9, 2020.
[9] L. Wati, “Hubungan antara coping stress dengan subjective well-being pada penduduk desa balerante, kemalang, klaten,” Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015.
[10] E. D. Harsiwi and I. F. Kristiana, “Hubungan antara kecerdasan emosional dengan problem focused coping pada perawat icu di rumah sakit tipe c wilayah semarang dan pati,” Empati, vol. 6, no. 1, pp. 139–144, 2017.
[11] W. Utaminingtias, I. Ishartono, and E. N. Hidayat, “Coping stres karyawan dalam menghadapi stres kerja,” Share Soc. Work J., vol. 3, no. 2, pp. 155–291, 2015, doi: 10.24198/share.v5i1.13123.
[12] R. M. Naibaho, “Hubungan antara problem focused coping dengan subjective well-being mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi,” Skripsi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, 2020.
[13] N. Yovanca and P. Febrayosi, “Hubungan antara strategi koping dengan kesejahteraan subjektif pada perawat di rumah sakit kanker dharmais jakarta,” Mind Set, vol. 10, no. 2, pp. 78–86, 2019.
[14] Q. C. Nisa, “Hubungan antara problem focused coping dengan subjective well-being pada emerging adulthood,” Skripsi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Untuk, 2022.
[15] G. D. Ramadhani, “Hubungan antara kebersyukuran dan subjective well-being pada pekerja proyek bangunan,” Skripsi Universitas Islam Indonesia, 2018.
[16] F. L. Aksari, “Kecenderungan berpikir divergen dengan strategi problem focused coping pada karyawan,” Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang, 2017.
[17] H. Widyawati and H. F. Nashori, “Hubungan antara subjective well-being dan organizational citizenship behavior pada karyawan,” Skripsi Universitas Islam Indonesia, 2018.
[18] A. I. Filsafati and I. Z. Ratnaningsih, “Hubungan antara subjective well-being dengan organizational citizenship behavior pada karyawan pt . jateng sinaragung,” Empati, vol. 5, no. 4, pp. 757–764, 2016.
[19] F. Tentama and C. Yuliantin, “Peran subjective well-being dan trust in the employer terhadap organizational citizenship behavior (ocb) karyawan,” J. An-Nafs Kaji. Penelit. Psikol., vol. 6, no. 2, pp. 152–164, 2021, doi: 10.33367/psi.v6i2.1402.
[20] H. R. Ayu and E. Mujiasih, “Kesejahteraan psikologis ditinjau dari problem focused coping pada karyawan pt. panntjatunggal knitting mill semarang,” Empati, vol. 11, no. 4, pp. 245–250, 2022.
[21] A. Anggraini, “Pengaruh orientasi masa depan terhadap subjective well-being pada dewasa awal di jawa timur,” Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2023.
[22] N. Handayani, “Hubungan antara kepribadian hardiness dengan kecenderungan problem focus coping pada anggota polisi,” Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang, 2017.
[23] I. G. A. R. Atmawijaya, “Pengaruh strategi coping terhadap stress pada perempuan bali yang menjalani triple roles di instansi militer denpasar,” Skripsi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2018.
Copyright (c) 2024 Rossa Alifia Rachma, Widyastuti Widyastuti
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.